Thursday 17 September 2009

Hijau Bumi Persada, Sejahtera Bumiputera




Asahan adalah negeri yang amat subur, dengan melimpah ruahnya hasil bumi nya. Tapi nasib petani nya (saya), masih biasa biasa saja, belum ada peningkatan. Belum ada perubahan yang dahsyat, bila kita tidak mau merubahnya sendiri. Dari dulu, petani nasibnya adalah di kasta paling bawah, apa sudah memang nasibnya? TIDAK !!!

Coba kita sedikit melihat petani di negara Asia lain, misalnya India. Mereka sudah berhasil memiliki komoditas asli India, dan menjadi tuan nya di India. Mereka memiliki tanaman yang mereka sebut Neem ( Mimba ), yang dapat diolah menjadi ramuan obat manusia, kecantikan, juga untuk ramuan obat serangan hama pada pertanian.
Sehingga, mereka sudah mengolahnya dengan baik dan menjualnya ke negara Agraris lainnya di belahan dunia. Ramuan itu sudah memenuhi syarat untuk menjadi ramuan pertanian organik. Tentu akan mendapat sambutan dari dunia pertanian, yang saat ini sedang dituntut untuk menjadi pertanian organikl. Dari bagian akar, buah, dan daunnya sangat berguna untuk pengobatan manusia dan pengobatan pertanian ( Insektisida, Fungisida, Virusida, Akarisida, Rodentisida, Bakterisida, dan Nematisida alami )

Namun demikian, di Asahan sendiri tumbuhan ini masih dapat kita jumpai. Masyarakat masing masing menyebut namanya dengan bahasa yang berlainan. Ada yang menyebutnya: Pohon Neem, Min, Mimba, Seribu guna, dan Hau Rence ( Batak ). Maka potensi juga peluang kita untuk meniru yang baik dari India masih ada. Untuk mengembangkan pertanian Organik. Semboyan mereka: "Greening India with Neem", artinya: Hijaukan India dengan pohon Mimba.
Mengapa kita juga tidak menyebut: Hijaukan Asahan dengan Mimba???Atau, kalau kita malu untuk mengatakan seperti itu, kita carilah tanaman asli Indonesia yang sanggup menjadi tuan di Asahan ( Indonesia ). Karena kalau kita lihat, budidaya yang sudah diusahakan dewasa ini adalah bukan hasil tanaman asli Indonasia. Kelapa sawit, Karet, Kakao adalah bukan asli tanaman asli Asahan (Indonesia). Tapi sudah menjadi tuan di Indonesia. Untuk kalapa sawit, karet, dan kakao tidak kita permasalahkan, tapi kita cukup prihatin pada tanaman tanaman langka asli Indonesia lainnya yang tidak atau kurang punya prospek masa depan. Misalnya tanaman Jengkol, Kelapa dalam, Asam Gelugur, dan Kayu Gaharu . Kurang diminati petani untuk dibudidayakan karena pangsa pasarnya cukup memprihatinkan.


Maka, sekarang beranikah kita mengatakan: Hijaukan Asahan dengan ?? Budidaya Gaharu sekarang cukup punya masa depan, meskipun kita harus Investasi waktu minimal 6 tahun. Akan tetapi, tanaman langka ini masih mempunyai peluang untuk kita kembangkan. Sebagai tanaman induk, kita masih mempunyai 3 b atang di Kecamatan Bandar pulau, dan 2 batang di Kecamatan Airbatu.
Inilah rencana kami yang akan kami kembangkan untuk menyokong perekonomian Asahan di masa depan. Kita dapat menanam nya selain di kebun, juga dapat di pekarangan rumah, sekolah juga perkantoran. Mari kita cintai tanaman Gaharu. Jika kita lihat sejarah di Asahan, rumpun suku Batak dari Porsea sampai ke Tanjung Balai sudah mendagangkan nya melalui perairan sungai Asahan sejak tahun 1450 masehi. Mereka adalah rumpun marga Marpaung.

Demikianlah sedikit sumbang sarannya untuk kita dan dari kita, demi Asahan kita. Bagi yang tau dan yang mau juga yang sadar akan Penghijauan.

No comments:

Post a Comment