Tuesday 8 September 2009

Tentang berita bisnis Kayu Gaharu




Mustofa Hadi Abdulqodir niat untuk menanam 39 bibit gaharu di sela-sela pohon karet sangat sederhana: hanya ingin mengambil kulit kayu yang kuat. Dia ingin menggunakannya sebagai tali pembawa getah karet. Tapi saran dari kerabat ia meletakkan cairan dalam jamur Fusarium sp 3 lubang. Dua tahun kemudian, pada Oktober 2008, menebang pohon dan Abdulqodir mendapatkan 300 kg kemedangan senilai Rp300.000 per kg. Kemedangan dari 100 kg yang terjual, pria berusia 50 tahun upah Rp30-juta.
Fusarium disuntikkan ke jaringan pohon sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu untuk menghasilkan resin terhadap fitoaleksin disebut kuman tidak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin yang mengeras di sudut-sudut dan organ pembuluh xilem Floem-pohon mendistribusikan makanan coklat, dan harum ketika dibakar. Kemedangan yang dipanen oleh Abdulqodir, pekebun di Simpangtiga, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Jambi.
Jika waktu yang lebih lama inokulasi, 2-4 tahun, yang pada awalnya kemedangan berubah warna cokelat kehitaman dan lebih wangi resin karena tingkat yang lebih tinggi. Babi sekarang gaharu yang berharga Rp5 juta-juta-Rp15-juta per kg. Oleh karena itu biarkan Abdulqodir pohon gaharu yang lainnya 38 setelah inokulasi. Dia menyimpan harta di pepohonan. Bayangkan, 15 tahun pohon seperti properti Abdulqodir akan menghasilkan rata-rata 1 kg hasil. Dengan kualitas terendah dan terendah harga per kg Rp 5-juta, Rp190-juta omset.
Nun di Kalimantan Barat, H. Apakah pemanenan pohon Raden Syamhuddin Karas 3. Orang itu 54 tahun tidak ingat jumlah dan kualitas produksi lidah buaya pohon 10 tahun lalu dia terluka dalam cara disayat, kayu besi memantek pisau, sampai larutan gula mengucuri muncul babi. The Syamhuddin ingat, dari 3 pohon panen pada April 2007, ia memperoleh Rp11-juta.

Penghargaan kepala desa terbaik Kalimantan Barat di bidang konservasi alam, yang masih memiliki 397 pohon gaharu di perkebunan karet meliputi 12 hektar. Rata-rata usia 15 tahun dengan tinggi 8-10 m, 25-30 cm diameter. Enam puluh pohon-pohon ini sudah diinokulasi jamur Fusarium sp pada bulan Agustus 2006. Itulah saran dari Sdr Syamhuddin peneliti dari Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. November 2008, sebuah harga penawaran kontainer-Rp2 juta per pohon. Ia menolak dan memilih untuk memperpanjang periode inokulasi sampai batas waktu tidak dapat ditentukan.

Populasi menyusut.
Gaharu yang memberikan pendapatan kecil pada Abdulqodir dan Syamhuddin, bukan pohon, tetapi resin yang dihasilkan dari genus tertentu pohon. Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Yana Sumarna MS menjelaskan, setidaknya 27 spesies pohon yang dapat membentuk lidah. Spesies yang tumbuh di hutan hujan tropis seperti genus Aquilaria Kepulauan, Aetoxylon, Enkleia, Excoccaria, Dalbergia, Gonystylus, Gyrinops, dan Wikstroemia. Aquilaria Gyrinops genus dan sebagian besar spesies, masing-masing memiliki 9 spesies. Syamhuddin termasuk Abdulqodir dan yang tumbuh Aquilaria malaccensis.
Dua tahun terakhir banyak petani yang dibudidayakan gaharu panen. Gaharu memicu alam terus menyusut. Pada tahun 2000 Asgarin (Asosiasi Eksportir Pengusaha Gaharu Indonesia) survei populasi alam dalam berbagai gaharu hutan. Hasilnya dalam sisa 26% dari Sumatera, Kalimantan (27%), Nusa Tenggara (5%), Sulawesi (4%), Maluku (6%), Papua (37%).

Penyusutan populasi di alam, karena sebagian besar pemburu tidak bisa mengidentifikasi pohon gaharu yang sudah terinfeksi jamur. Untuk mendapatkan pohon yang mengandung babi, mereka ditebang untuk puluhan pohon. Pohon yang belum bergubal dan dipotong, baru saja pergi. Ini hampir terjadi di semua hutan alam.
Kadir Ade, pemburu gaharu di desa Serawai, NANGAPINOH, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, penebangan lebih dari 10 pohon untuk memetik teras super 20-30 kg (gubal dalam bahasa Dayak, ed). Kadir dilakukan di hutan-hutan di hulu Sungai Kapuas dan sungai Melawi. Dia tergoda teras harga tinggi, Rp350.000 per kg. Dari 10 pohon pohon ditebang hanya setelah 2 terbagi dari teras.

Fenomena ini terdeteksi oleh dunia luar. Pada tanggal 9 Konvensi CITES (Konvensi Perdagangan Internasional dalam Endangered Species) di Florida, Amerika Serikat pada bulan November 1994, diputuskan jenis pohon gaharu malaccensis dalam Lampiran II. Ini berarti bahwa anggota keluarga telah membatasi Thymelaeaceae perdagangan. Tiga belas tahun kemudian, diputuskan, kuota ekspor spesies yang dapat diambil dari alam hanya 30 ton, 50 ton dari sebelumnya. Total kuota ekspor gaharu Indonesia dari tahun ke tahun terus turun. PHKA dan Data menyebutkan kuota ekspor CITES pada tahun 2000, sekitar 225 ton; 2001 (200 ton); 2002 (180 ton) dan 2003-2005 (175 ton).
dalam konvensi-13 CITES di Bangkok, Thailand pada tahun 2004, pembatasan perdagangan juga berlaku untuk semua spesies lidah buaya alami. Semua produk dan hasil gaharu dalam CITES Appendix II. Keputusan ini didasarkan pada pasar dunia sulit untuk membedakan asal-usul spesies produk malaccensis atau tidak. "Konsekuensi dari penjualan ekspor dan impor dari produk lidah buaya ditentukan kuota dan harus memiliki izin dari CITES," kata Dr Tonny Soehartono, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal PHKA Departemen Kehutanan. Pelaksanaan kuota bertujuan untuk memastikan distribusi jenis pohon gaharu di alam bebas baik bisa berkembang biak.

Menurut otoritas ilmiah CITES koordinator, Dr Gono Semiadi APU, kuota itu tidak membedakan alam atau budidaya gaharu. "Sebaiknya melapor ke budidaya perkebunan BKSDA setempat untuk mendapatkan surat rekomendasi. Apakah untuk membuatnya lebih mudah saat menjual hasil panen di masa mendatang, "katanya. Proses pelaporan untuk memproduksi berita investigasi menunjukkan bahwa kegiatan penanaman secara gratis.
Dengan tanda-tanda bahwa mengebunkan maka pilihan gaharu. Selain itu, lidah dapat dibudidayakan pada ketinggian 0-1.500 m di atas permukaan laut, 80% kelembaban, curah hujan 1200-1600 mm per tahun, dan adaptif di berbagai jenis tanah. Itulah mengapa kebun gaharu sekarang muncul di banyak Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Ketapang (Kalimantan Barat), Kelurahan dan Kecamatan Bentiring Argamakmur (Bengkulu), Pangkalpinang (Bangka Belitung), Bogor dan Sukabumi (Jawa Barat ), dan Kabupaten Kotabaru (Jambi). Tidak kurang dari Malem Sambat Kaban, Menteri Kehutanan Kabinet Indonesia Bersatu untuk mendorong penanaman gaharu.

Adi Saptono, pekebun di Pangkal balam, Pangkal pinang, Bangka Belitung, 300 spesies tanaman malaccensis, microcarpa, dan beccariana pada tahun 2004. Dia ditanam di gaharu monokultur dengan jarak 2 mx 2 m. Pohon yang ditanam di kebun belakang rumah sekarang ketinggian 3,5 m diameter 10 cm. Setahun lalu, pohon-pohon diinokulasi menggunakan ramuan 'rahasia'. Isi berbagai ramuan jamur: Fusarium, acremonium, dan Aspergillus. Liter jamur yang digunakan untuk menyuntik 2000 lubang per pohon. Adi sejauh ini belum mampu menebak hasilnya. Namun, di luar bahwa Adi telah merasakan pendapatan adalah dari rempah.
Bermitra dengan perkebunan karet di kebun 'liar' pohon gaharu 1-2, pada bulan November 2008 dia memiliki 5 pohon dipanen setinggi 8 m dengan diameter 25 cm. Pohon itu telah diinokulasi jamur satu liter pada pertengahan 2005. Adi memperoleh gaharu 22,5 kg, 2,5 kg kualitas babi B dan 20 kg kemedangan. Temannya membelinya untuk Rp2-juta/kg gubal dan kemedangan per kg Rp500.000-Rp1-juta. Pendapatan minimum Rp15 juta ditangguk. Income was divided into two with the owner of the garden; Adi pocketed Rp7 ,5-million. Masih ada 70 lain pohon gaharu yang sudah menunggu untuk dipanen.

Gunung selan Desa, Kecamatan Argamakmur, Bengkulu Utara, Rita Rosita, malaccensis 1700 spesies tanaman pohon gaharu di lahan 7.000 m2. Dia menumpang sari kan malaccensis 1,5 tahun (jarak tanam 2,5 mx 2,5 m) dengan pohon-pohon jati Tectona grandis berumur 4 tahun dan kakao Theobroma cacao 3-tahun. Di pinggiran kebun berderet Pinang cathecu pohon yang berbuah banyak.

Tumpang bukan tanpa alasan. Pendapatan lain-lain dapat dicapai Rita tertunda pohon gaharu diinokulasi jamur sudah siap. Tanaman kakao sudah memproduksi 2 kg / pohon. Pemanenan dilakukan dalam 2 minggu sebanyak 7 kg kering harga Rp12.000 per kg. Kadang-kadang buah pinang yang dipanen dan dijual Rp3.500 per kg. Sekali dijual sebanyak 30 kg.
Siap untuk menghadapi berbagai kendala penanam lidah membuat keuntungan. Peluang akan menuai keuntungan besar jika penanam gagal gagal seperti yang dialami H. Mahmuddin menginokulasi Sany. Perkebunan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, adalah sebuah lidah inokulated pohon dari 20 pohon yang ditanam pada tahun 2000. Bukan gubal, 18-20 cm diameter batang pohon telah membusuk. Kegagalan Sany Menurut sebagian karena ia tidak mengerti inokulan masa aktif. Ketika solusi dari 2 mL jamur Fusarium yang diinokulasi pada 30 lubang, usia mikroba telah kedaluwarsa sejak 3 bulan sebelumnya. Hasilnya? Pohon itu mati.

Bisnis jamur ini agak tricky untuk perkebunan. Bukan berarti mereka tidak tahu teknologi, jamur, 'aku sudah mencoba menembak di pohon, tapi segera mati, "kata M Amin, Orong pekebun di Desa Selatan, Desa Gegerung, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Muak dengan itu ia kembali ke cara tradisional: dipaku. Dari pengalaman Amin pohon 10 cm dengan diameter 3-4 m tinggi bahwa 'disuntik' 3 kg paku selama 2 tahun untuk menghasilkan 1 kg kemedangan. Selain dipaku ada cara tradisional lain: terjebak bambu, kayu besi, dan seng. Lain taburi garam untuk menaruh minyak. Intinya adalah membuat pohon 'sengsara' begitu bersedia menghabiskan gaharu.

Menurut Dr Ir Mucharromah MSc, peneliti gaharu dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, kegagalan untuk bereaksi karena jamur tanaman memberikan tanggapan yang berbeda. Karena sama sekali tidak 'cocok' antara mikroba dengan tanaman diinokulasi. Jadi sulit untuk menentukan mikroba yang paling tepat. "Yang namanya mikroba-pembentuk gubal bahwa ada sekitar 50 spesies," katanya. Fusarium efektif di Bogor misalnya, berbeda di Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Penanam yang sama seperti di Bengkulu, Kalimantan Selatan, dan meracik sendiri ramuan mikroba Pangkalpinang berdasarkan pengamatan di lapangan.
Batumandi Muhaimin perkebunan di desa, kecamatan Batumandi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, bisa menjadi contoh. Pada tahun 2006 ia menginokulasi 30 jenis pohon gaharu 30 tahun microcarpa ketinggian 25 m diameter 40 cm menggunakan jamur 'ajaib'. Hasil dari 2 pohon dipanen pada pertengahan-2008 Muhaimin menerima masing-masing dari 4 kg kemedangan menjual Rp1-juta per kg. Bahan cetakan berasal dari gubal gaharu hutan lokal dibesarkan di laboratorium pertanian.

Pengguna aloe juga menemukan kendala yang sulit untuk mendapatkan babi. Yang mengalami CV Agung Perdana, eksportir gaharu di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tahun-tahun perusahaan ini didirikan pada tahun 1980 untuk mengekspor coklat kehitaman gubal dalam bentuk keripik. Chip adalah berbentuk babi variabel tak beraturan panjang 10-15 cm diameter 4-6 cm. Aroma yang kuat dan tajam menyebabkan chip dipilih sebagai bahan baku wewangian. Ini permintaan pasar Timur Tengah.
Menurut H. Bagis Faisal, pemilik CV, Agung Perdana untuk mendapatkan gubal sekarang sulit. Kembali pada tahun 1998 CV Perdana Mahkamah ekspor gaharu komposisi: 80% dan 20% babi kemedangan. Kondisi sekarang berbalik 180 derajat. Kuota ekspor dari 8 ton per tahun, 80% dan 20% kemedangan babi. "Sulit jika Anda terus berharap untuk babi alami," kata Faisal.

Hidup antara
Jika pekebun berhasil melewati berbagai kendala mengantongi keuntungan besar yang tidak angan-angan. Banyak eksportir dan siap untuk menyerap gaharu reservoir. Taufik Murad, waduk di Lombok, Nusa Tenggara Barat, lidah pekebun memilih secara rutin melalui kakinya yang berjumlah puluhan orang.

Pengelola restoran makanan khas Lombok tidak diproses lidah buaya itu. Dia segera mengirim 50-100 kg per bulan berlangganan gaharu untuk eksportir di Jakarta dan Surabaya. Taufik beroperasi di Nusa Tenggara Barat. Perkebunan di luar tidak perlu khawatir. Ada banyak wadah gaharu. Asgarin data lisensi resmi menyebutkan wadah 41. Mereka tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan ke Papua.
Soal harga pembelian? Menurut Joni Surya meskipun banyak eksportir dan waduk, sebagian besar tidak mau terang-terangan mengekspos harga. Harap bisnis ini pengetahuan tentang nilai uang yang cukup besar. 'Perdagangan perdagangan gaharu tepat sebelum menelan sarang pada 1990-an. Menutup alam, harga standar kurang jelas karena keragaman kualitas sangat tinggi, "kata ketua Gaharu 88, pelopor penanaman pohon gaharu di Bengkulu.

Yang sering terjadi adalah proses tawar-menawar harga yang tangguh. 'Gaharu dibeli bau, sehingga tidak bisa melihat hal-hal. Bahkan jika Anda perlu untuk diuji, "kata Taufik. Data dapat Asgarin referensi. Harga gaharu kualitas tertinggi, babi atau super super double A per kg Rp10-Rp15-juta-juta. Super berikutnya babi Rp4-juta-Rp5-juta/kg tanggung jawab. Terendah disebut menteri, Rp100.000/kg rata-rata.

Perkebunan tidak perlu berkecil hati meskipun sejauh ini hasil jajak pendapat terbatas kemedangan budidaya gaharu yang harga jual di tingkat pekebun Rp500.000-Rp1-juta/kg. Dengan kualitas serupa, pekebun, pemilik perkebunan budidaya gaharu di Vietnam terus meningkatkan kualitas gaharu melalui berbagai teknologi. Ini dapat ditiru pekebun di tanah air karena bukan tidak mungkin satu waktu super babi yang memperoleh harga atas budidaya relatif pendek. "Ini adalah studi kami di Vietnam," kata Prof Robert A. Blanchette, seorang peneliti gaharu dari University of Minnesota Amerika Serikat, melalui surat elektronik.
Menurut ketua Asgarin Dr Faisal Salampessy SH, permintaan terus meningkat karena gaharu bejibun kegunaan. "Setiap agama di dunia memerlukan bau terbakar gaharu sebagai sarana ibadah. India dan Cina untuk menyerap sebagian besar kemenyan, "kata dokter perencana keuangan di University of New Delhi India.

Selain agama, pola hidup juga mempengaruhi. Gaharu di Timur Tengah menjadi kebutuhan. 'Masyarakat Arab untuk menggunakan lidah buaya untuk siwak atau sikat gigi sehingga mulut tidak berbau. Kondisi iklim panas dan gairah untuk mengkonsumsi daging membuat tubuh mereka bau yang lidah buaya juga digunakan dalam wewangian, "kata Dr Afdol Tharik Wastono SS MHum, dosen Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Saat ini, Indonesia menjadi produsen terbesar di dunia aloe. Gaharu total ekspor Indonesia ke negara-negara Asia seperti Taiwan mencapai 92.188 kg. Jumlah ini naik dibanding 2005 (70.335 kg) dan 2004 (32.365 kg). Sebagian besar diekspor kemedangan. Untuk pasar Timur Tengah penurunan ekspor: 2006 (39.400 kg), 2005 (67.245 kg). Mereka ingin Musababnya babi super sulit didapat.

Karena keluhan itu kekurangan bahan baku bukan hanya Taufik Murad. CV Ama Ina Rua, eksportir di Jakarta juga kekurangan gaharu. Menurut Faisal Salampessy, direktur, apa pun produksi akan diserap. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2000 saat ini hanya 2-3 ton diekspor dari semula 5,6 ton per bulan gaharu ke Singapura.

Menurut Surya Joni maju budidaya gaharu perdagangan. "Berapa lama menyediakan gaharu alam?" Dia bertanya. Terutama kebutuhan di masa depan gaharu sebagai aromaterapi dan obat-obatan meningkat. Kegunaan sebagai obat, antara lain antiasma, antimikroba, dan hepatitis. Itu karena gaharu mengandung 17 senyawa aktif seperti agarospirol, aquilochin, dan noroksoagarofuran.
Substansi aromatik di gubal milik sesquiterpena belum dibuat sintetis. Baru-baru ini perusahaan terbesar di Jerman parfum mengundang para peneliti untuk menguji DNA tanah air untuk mengetahui pencetus aroma aloe. 'Mereka prihatin karena selama ini tidak pernah mendapatkan bahan baku selalu diserap oleh pasar Timur Tengah,' kata Dr Teuku Tadjuddin, kepala bagian Bioteknologi Puspiptek Serpong di Tangerang.

Tidak heran jika penanaman gaharu terus berkembang. Selain itu, harga terus melonjak. Jika pada tahun 2001 per kg gaharu super Rp4 juta-5-juta, sedang Rp10-Rp15-juta-juta. Demikian pula, AB-kelas harga babi hanya Rp2-juta-Rp3-juta, sekarang Rp4-juta-5-juta per kg.

Gaharu 88 di Bengkulu koordinat 42 kelompok tani untuk penanaman 95.000 pohon gaharu. Demikian pula Asgarin yang mewajibkan setiap anggota untuk menanam minimal 2 hektar gaharu. H Mahmuddin memilih untuk bermitra dengan para pekebun. Setiap tahun Mahmuddin memperluas penanaman rata-rata 5-10 hektar. Memperoleh keuntungan besar atraksi pekebun.

Dengan maksud konservarsi Universitas Mataram (Unram) melalui penanaman berkampanye Pusat Gaharu gaharu. Salah satu dari mereka hijau hutan desa Senaru, kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dari luas lahan 225 hektar, 132 hektar yang telah ditanam lebih dari 100.000 pohon gaharu. 'Gaharunisasi juga dilakukan di kampus, "kata Dr Sudirman, dekan Fakultas Pertanian Unram. Jika bisnis dan konservasi baris dapat bulat, apalagi yang harus ditunggu?

penulis: Bagus Pamungkas

No comments:

Post a Comment