Tuesday 8 September 2009

Mendesak pemerintah Indonesia dipatenkan Budidaya Gaharu




Gaharu atau teknologi rekayasa produksi gaharu, berikut komposisi jamur isolat atau pembentukan resin gaharu, yang ditemukan para peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam atau P3HKA dipatenkan pemerintah harus segera sebelum diklaim oleh negara-negara lain. Paten adalah temuan penting mengingat penerapannya dalam masyarakat hutan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka karena gaharu memiliki nilai ekonomis tinggi.
Saat ini Malaysia getol mengejar rekayasa produksi gaharu temuan kami. Malaysia telah mengirim direktur jenderal pertanian terhadap lingkungan dan P3HKA dan mereka diminta untuk mengadopsi temuan-temuan, tapi kami menolak karena takut bahwa temuan mereka akan dapat diklaim. Dibandingkan dengan penelitian India dan Thailand, menurut mereka, temuan dari Indonesia paling berhasil, "kata Erdy Santoso MS, Ketua Kelompok Penelitian Mikrobiologi Hutan P3HKA.
Babi atau babi yang dihasilkan jenis pohon gaharu (termasuk Aguilaria spp, Aotoxylon sypetallum, Grynops, dan Gonystylus) memiliki nilai ekonomi tinggi. Harga jual sangat bervariasi dalam 16 kelas, mulai dari yang paling murah, "Suloan", senilai Rp 15.000 per kg menjadi kelas "Super King" senilai Rp 26 juta per kg. Dengan menerapkan teknologi temuan P3HKA, satu pohon gaharu yang berusia 4-5 tahun setelah diinduksi isolat dapat menghasilkan 20 kg gaharu babi dalam 1-3 tahun.
Nilai ekonomi tinggi menjadi magnet bagi petani untuk mengembangkan gaharu. Salah satunya adalah dimulai di desa dari 204 petani Maringin Jaya, Kecamatan PARINDU, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Meskipun tidak pernah menikmati langsung hasil dari budidaya gaharu ditanam sejak tahun 2004, mereka antusias menanam 143.000 pohon di daerah gaharu 143 hektar.
Membawa nilai konservasi lingkungan, Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Barat berencana untuk mendistribusikan bibit gaharu Agus Aman kepada para petani di Kalimantan Barat. Ketua P3HKA kata Anwar, pengembangan lidah sebagai salah satu hasil hutan non-kayu perlu memerhatikan agar aspek pemasaran benar-benar menguntungkan petani.
Kami telah menggunakan lidah untuk parfum atau penyegar udara. Di beberapa tempat spa, minyak gaharu juga dipakai untuk melulur tubuh. Beberapa orang juga menggunakan lidah buaya untuk mengobati penyakit kuning atau hepatitis. Adapun harga gaharu berkisar Rp 1 juta-Rp 3 juta per kilogram, tergantung pada kualitas.

referensi: infokita.com
http://pamfinance.com/

No comments:

Post a Comment