Tuesday 29 September 2009

TOKOH MASYARAKAT ASAHAN

Hari ini, Alhamdulillah, salah seorang tokoh Asahan telah mendukung ABG untuk Gaharu. Dan akan mengangkat nama Asahan dari Gaharu. Menyarankan ABG untuk membuat suatu yayasan segera. Cikal mulai tampak di Asahan, yang memang punya nilai sejarah di Asahan.. 

Beliau bersedia membimbing ABG yang masih ingusan untuk maju ke panggung nasional, karena untuk langkah penyelamatan keluarga tanaman Gaharu di Asahan maupun Indonesia. Beliau sangat memahami arti dari lingkungan yang seimbang. Juga memahami sejarah Asahan yang memang dulu masih banyak tumbuhan Gaharu di Asahan. Salah satu nya, untuk mencabut Appendix II di Indonesia. Yang cukup memalukan untuk Indonesia. Mari kita buang malu itu dengan menggalakkan budidaya Gaharu. Untuk Indonesia kita. 

Mari, rapatkan barisan dengan semboyan Rambate Rata Raya.. 

Rambate Rata Hayo... 

Bekerjasama, gotong royong untuk kemakmuran / kemaslahatan umat di Asahan.

BLOGGER ASAHAN


Ini Award pertama untuk Asahan Budidaya Gaharu, diberikan oleh Mas Budhi Masthuri. Sesuai amanat, Award ini saya berikan kepada Bloggers Asahan yang memiliki dedikasi dan loyalitas bagi pembangunan Asahan: Nuni nuni dan Andi Pratama. Silakan memasang award ini setelah sebelumnya membuat tulisan pendek di blog masing-masing, bisa berupa artikel, puisi atau prosa dengan tema kecintaan terhadap pembangunan daerah dan negara indonesia serta pelestarian budaya lokal sebagai penguat identitas bangsa. Award ini dapat diberikan kepada sedikitnya 5 s.d. 10 blogger yang Anda anggap memiliki kepedulian sama untuk pembangunan daerah, kecintaan terhadap indonesia dan pelestarian budaya bangsa.

Thursday 17 September 2009

Hijau Bumi Persada, Sejahtera Bumiputera




Asahan adalah negeri yang amat subur, dengan melimpah ruahnya hasil bumi nya. Tapi nasib petani nya (saya), masih biasa biasa saja, belum ada peningkatan. Belum ada perubahan yang dahsyat, bila kita tidak mau merubahnya sendiri. Dari dulu, petani nasibnya adalah di kasta paling bawah, apa sudah memang nasibnya? TIDAK !!!

Coba kita sedikit melihat petani di negara Asia lain, misalnya India. Mereka sudah berhasil memiliki komoditas asli India, dan menjadi tuan nya di India. Mereka memiliki tanaman yang mereka sebut Neem ( Mimba ), yang dapat diolah menjadi ramuan obat manusia, kecantikan, juga untuk ramuan obat serangan hama pada pertanian.
Sehingga, mereka sudah mengolahnya dengan baik dan menjualnya ke negara Agraris lainnya di belahan dunia. Ramuan itu sudah memenuhi syarat untuk menjadi ramuan pertanian organik. Tentu akan mendapat sambutan dari dunia pertanian, yang saat ini sedang dituntut untuk menjadi pertanian organikl. Dari bagian akar, buah, dan daunnya sangat berguna untuk pengobatan manusia dan pengobatan pertanian ( Insektisida, Fungisida, Virusida, Akarisida, Rodentisida, Bakterisida, dan Nematisida alami )

Namun demikian, di Asahan sendiri tumbuhan ini masih dapat kita jumpai. Masyarakat masing masing menyebut namanya dengan bahasa yang berlainan. Ada yang menyebutnya: Pohon Neem, Min, Mimba, Seribu guna, dan Hau Rence ( Batak ). Maka potensi juga peluang kita untuk meniru yang baik dari India masih ada. Untuk mengembangkan pertanian Organik. Semboyan mereka: "Greening India with Neem", artinya: Hijaukan India dengan pohon Mimba.
Mengapa kita juga tidak menyebut: Hijaukan Asahan dengan Mimba???Atau, kalau kita malu untuk mengatakan seperti itu, kita carilah tanaman asli Indonesia yang sanggup menjadi tuan di Asahan ( Indonesia ). Karena kalau kita lihat, budidaya yang sudah diusahakan dewasa ini adalah bukan hasil tanaman asli Indonasia. Kelapa sawit, Karet, Kakao adalah bukan asli tanaman asli Asahan (Indonesia). Tapi sudah menjadi tuan di Indonesia. Untuk kalapa sawit, karet, dan kakao tidak kita permasalahkan, tapi kita cukup prihatin pada tanaman tanaman langka asli Indonesia lainnya yang tidak atau kurang punya prospek masa depan. Misalnya tanaman Jengkol, Kelapa dalam, Asam Gelugur, dan Kayu Gaharu . Kurang diminati petani untuk dibudidayakan karena pangsa pasarnya cukup memprihatinkan.


Maka, sekarang beranikah kita mengatakan: Hijaukan Asahan dengan ?? Budidaya Gaharu sekarang cukup punya masa depan, meskipun kita harus Investasi waktu minimal 6 tahun. Akan tetapi, tanaman langka ini masih mempunyai peluang untuk kita kembangkan. Sebagai tanaman induk, kita masih mempunyai 3 b atang di Kecamatan Bandar pulau, dan 2 batang di Kecamatan Airbatu.
Inilah rencana kami yang akan kami kembangkan untuk menyokong perekonomian Asahan di masa depan. Kita dapat menanam nya selain di kebun, juga dapat di pekarangan rumah, sekolah juga perkantoran. Mari kita cintai tanaman Gaharu. Jika kita lihat sejarah di Asahan, rumpun suku Batak dari Porsea sampai ke Tanjung Balai sudah mendagangkan nya melalui perairan sungai Asahan sejak tahun 1450 masehi. Mereka adalah rumpun marga Marpaung.

Demikianlah sedikit sumbang sarannya untuk kita dan dari kita, demi Asahan kita. Bagi yang tau dan yang mau juga yang sadar akan Penghijauan.

Wednesday 9 September 2009

GAHARU

Gaharu adalah tanaman langka yang dilindungi.
Sehingga Indonesia sudah kena peringatan CITES, apendix II.
Bagaimana upaya kita untuk menyelamatkan gaharu dari bumi Indonesia ini?
Yang dulu tumbuh subur, namun sekarang sudah sangat susah untuk menjumpai nya.
Dari jaman dahulu juga Indonesia sudah mengenal system export import, hanya saja cara nya yang masih sangat sederhana. Mungkin nenek moyang kita dengan system barter. Misal, dengan bangsa Tar tar, gaharu barter dengan tembikar atau guci. Dengan bangsa Timur tengah, barter dengan Minyak wangi atau sejenis nya.


Padahal, gaharu ini juga adalah sumber bibit minyak wangi. Melihat potensi yang ada, mengapa bangsa ini tidak melirik peluang yang ada. Dengan ber niaga gaharu, dampak positip nya akan memakmurkan masyarakat. Juga mewarisi perniagaan nenek moyang, yang jaman itu adalah jaman kegemilangan Indonesia kuno. Mengapa tidak meneruskan profesi nenek moyang yang gemah ripah loh jinawi, boleh disebut: Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur.

Mari meminjam catatan sejarah sejenak.
Pada tahun 695 Masehi, musafir China bernama I tsing mencatat perjalanan nya. Di negeri Sri wijaya telah ada masyarakat berniaga kayu gaharu ini untuk di jual kepada bangsa Mongolia dengan angkutan kapal perang melayu.
Juga dengan para saudagar dari Gujarat dan Parsi dari Timur tengah.
I tsing ada di kota Palembang papa waktu itu ketika hendak belajar agama Budhis, karena Palembang pada waktu itu pusat pendidikan agama Budhis.

Di Asahan sendiri, nenek moyang orang Asahan juga sudah meniagakan gaharu ini sejak tahun 1451 Masehi. Orang Batak dari Porsea, dari rumpun marga Marpaung dan Hutagalung membawa dari Porsea turun gunung melalui sungai Asahan menuju dermaga Tanjung Balai. Sampai disana dijual ke para pedagang Gujarat dan Parsi juga orang orang Mongol yang ada di selat Malaka, ketika berlayar dari negeri nya. Tersebutlah Datuk Sailan, seorang saudagar gaharu, yang berasal dari rumpun marga Marpaung tadi, menjadi saudagar di Tanjung balai ketika itu.

Berarti para nenek moyang sudah sangat mengenal kayu gaharu ini dengan sebutan aneka bahasa. Orang batak bilang: Hau Alim. Minang: Kayu Kareh, Melayu: Depu atau Karas. Nah, dari aneka bahasa di nusantara ini, membuktikan gaharu sudah dikenal masyarakat nusantara. Mengapa kita para cucu moyang orang nusantara sama sekali 99% tidak mengenal lagi apa itu gaharu. Padahal ini sangat punya nilai historis, ekonomis, upacara agama atau adat, dan budaya.

Ayo, dari cerita diatas, kita bersama sama untuk membangun nusantara / Indonesia ini dengan menghijaukan gaharu di bumi pertiwi ini.
Bersama menciptakan lingkungan yang asri, juga masyarakat yang sejahtera.

Amin.

TEKNIK INOKULASI




Fusarium yang di inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem – organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta harum bila dibakar.

Mengingat jenis isolate penyakit pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.
Agar berhasil mengembangkan inokulan pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait, perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat sebagai pelaku produksi inokulan. Adapun tahapan teknik pengembangan inokulan sebagai berikut:

• Pilih pohon gaharu alami yang sudah terinfeksi mikroba penyakit pembentuk gaharu.
• Ambil potongan cabang atau kupasan batang pohon gaharu terpilih. Potongan cabang atau kupasan batang ini disebut “ Preparat ”.
• Bawa preparat tersebut ke Laboratorium dan upayakan agar suhu dan kelembapan nya tetap terjaga dengan cara dimasukkan dalam kotak es.
• Kembangkan spora dari preparat cabang dan atau batang tersebut di dalam media agar untuk diidentifikasi jenis mikrobanya sebagai biakan murni.
• Kembangkan spora dan miselium biakan murni tersebut kedalam media padat seperti serbuk gergaji pohon gaharu atau dalam media cair ang telah berisi unsur makro dan mikro sebagai energi hidup.
• Masukkan media spora kedalam incubator pembiakan dan kondisikan suhu dan kelembapan incubator pembiakan tersebut pada keadaan optimal, yaitu suhu 24 - 32C dan kelembapan 80%. Biarkan sekitar 1 – 2 bulan.
• Tempatkan spora yang sdah dibiakkan tersebut kedalam wadah berupa botol kaca, botol plastic, atau botol infuse bekas.
• Simpan botol dalam freezer incubator. Inokulan ini sudah siap diinokulasikan ke tanaman gaharu. Teknik inokulasi dengan inokulan terhadap pohon gaharu berbeda beda sesuai dengan bentuk inokulannya. Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm. Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.


Inokulasi dengan inokulan padat.
Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

• Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor. Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 10 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
• Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
• Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
• Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lili malam”

Inokulasi dengan inokulan cair.
Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
• Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
• Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
• Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
• Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
• Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1 – 2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
• Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.

Di sadur dari buku:
Budidaya Gaharu karya Yana Sumarna 2002.
Potensi dan peluang bisnis tanaman Gaharu di Asahan
Karya Mujiono 2008.

Tuesday 8 September 2009

Agarwood, Gaharu, OUD, bau, jinko.




Gaharu adalah kayu yang paling langka dan paling berharga di planet ini, dihargai karena kekayaan, indah dan healingfragrance. Agarwood, menjadi sangat langka dan seringkali sulit untuk mendapatkan, memiliki nilai ini dipatok pada 1,5 kali lebih dari emas!

Gaharu memiliki banyak nama, di atas adalah beberapa resinous ini, harum dan sangat berharga heartwood diproduksi oleh Aquilaria malaccensis dan spesies lain dari genus Aquilaria pohon Indomalesian. Kekayaan nama untuk gelap ini dan berat kayu (nama Cina-nya secara harfiah berarti 'kayu yang tenggelam') mencerminkan luas dan beragam penggunaan selama ribuan tahun.
Agarwood menenangkan sistem saraf, mengusir energi negatif, membawa kewaspadaan, mengurangi kecemasan, memanggil rasa kekuatan dan kedamaian dan meningkatkan fungsi otak. Ini memudahkan neurosis dan perilaku obsesif dan membantu menciptakan harmoni di rumah Anda.
Agarwood sangat psikoaktif. Ini digunakan untuk perjalanan spiritual, pencerahan, kejelasan dan untuk membawa kedamaian yang mendalam diperlukan untuk meditasi. Hal ini direkomendasikan oleh praktisi yang berpengalaman untuk memberikan motivasi dan pengabdian yang diperlukan untuk meditasi. Ini membawa komunikasi dengan transenden, menyegarkan pikiran, tubuh dan jiwa. Dikatakan bahwa doa muncul dengan asap wangi dupa Agarwood membawa doa kepada Sang Pencipta.
Buddha menggunakan Agarwood untuk transmutasi kebodohan. Rahib Tibet menggunakannya untuk membawa energi untuk menenangkan pikiran dan jiwa. Para sufi dan Jepang Agarwood Shaman menggunakan minyak dalam upacara esoterik. Dapat meningkatkan kejernihan mental, membuka mata ketiga dan semua atas charkas sementara menenangkan seluruh sistem.

Apakah Gaharu itu..???

Gaharu adalah resinous kayu dari pohon Aquilaria, sebuah pohon cemara tropis kuno asli India Utara, Laos, Kamboja, Malaysia, Indonesia, Cina dan Vietnam Selatan. Nama ilmiahnya Aquilara malaccensis atau Aquilaria agallocha. Aquilaria pohon yang tumbuh hingga 40 meter dan tinggi 60 cm diameter. Ini beruang beraroma manis, bunga putih salju. Pohon-pohon sering terinfeksi dengan parasit jamur atau jamur, phialophora parasitica, dan mulai menghasilkan resin aromatik sebagai respons terhadap serangan ini. Resin dari pohon dari serangan jamur alami dan respon imun umumnya dikenal sebagai agar-agar.
Jamur dan proses dekomposisi terus menghasilkan yang sangat kaya dan gelap membentuk resin dalam heartwood. Dengan demikian, Agarwood berkembang sangat, sangat perlahan seiring waktu, biasanya beberapa ratus tahun! Bumi ini menghasilkan paling berharga dan minyak suci.
Yang lebih rendah resin yang dibuat oleh sengaja melukai dari pohon Aquilaria; meninggalkan lebih rentan terhadap serangan jamur dengan menggunakan metode yang dipaksakan. Ini biasanya disebut agar dan ditemukan di pohon-pohon ditanam secara komersial. Kaca Stones tidak menggunakan minyak dari metode dipaksa ini.
Agarwood - Fakta Menarik:
Lord Buddha telah mengatakan bahwa bau Agarwood pembakaran "adalah aroma Nirwana". Ini juga merupakan favorit Lord Krishna, yang disebutkan dalam teks-teks tertulis yang tertua - Sansekerta Veda.
Meskipun selatan Jazirah Arab telah lama diidentikkan dengan aromatik, hanya sedikit orang Barat yang akrab dengan Agarwood. Ketidakjelasan ini sebagian disebabkan oleh kelangkaan dan biaya Agarwood.
Agarwood juga telah digunakan dalam hampir setiap tradisi keagamaan di seluruh dunia dan dihormati selama ribuan tahun oleh banyak budaya sebagai bahan dupa paling berharga. Saat itu Agarwood dan kemenyan yang dibakar di pemakaman Yesus upacara. Ayurvedic, Arab, Sufi, Unanai, Tibet dan dokter Cina memiliki semua Agarwood digunakan dalam praktek mereka untuk mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit mental.

Raja Louis XIV dari Perancis telah dicuci kemejanya air mawar yang telah Agarwood sebelumnya direbus. Prajurit samurai beraroma baju besi mereka dengan asap Agarwood untuk keberuntungan sebelum pergi ke pertempuran.
Inilah legendaris "pohon dari taman Eden" tempat Adam dan Hawa hanya diizinkan untuk mengambil potongan dari pohon Agarwood.
India Kalidasa penyair pernah menulis: "Cantik wanita, mempersiapkan diri untuk pesta kesenangan, membersihkan dirinya dengan bubuk kuning sandal, jelas dan murni, menyegarkan dada mereka dengan aroma yang menyenangkan, dan suspend rambut gelap mereka dalam asap pembakaran Agarwood .
Agarwood Mesir digunakan untuk membalsem dan mengurapi orang mati.
"Emas hanya debu ketika masih di dalam tanah, dan oud, di negara asalnya, hanya kayu bakar jenis lain." Kedelapan-abad penyair Mesir Muhammad bin Idris al-Syafi'i

Agarwood Uses:
Obat

Tonik, afrodisiak, diuretik, menghilangkan epilepsi, antimikroba, karminatif, anti-asma.
Berguna dalam gangguan saraf, pencernaan, keluhan bronkial, campak, rematik, sakit selama dan setelah melahirkan, kejang pada pencernaan dan sistem pernafasan, demam, sakit perut, asma, kanker, sakit perut, diare, mual, regurgitasi, kelemahan pada orang tua, sesak napas, menggigil, sakit umum dan sirosis hati. Ini juga bertindak sebagai direktur atau focuser untuk obat-obatan lainnya. Telah digunakan sebagai pengobatan untuk tumor paru-paru dan perut.

Perfumery
Resin juga digunakan dalam wewangian. Yves Saint Laurent dan Agarwood Amouage gunakan sebagai dasar dalam parfum yang paling eksklusif.
Kuliner

Digunakan di Malaysia untuk rasa kari dan Taiwan menggunakan Agarwood sebagai bahan aromatik anggur lokal mereka.
Afrodisiak
Agarwood adalah zat perangsang yang paling kuat dari semua minyak esensial.
Insomnia
Valerian adalah komponen alami Agarwood resin dan fungsi untuk meringankan insomnia dan menenangkan sistem saraf sebelum tidur, yang memungkinkan orang untuk memiliki lebih dalam, lagi tidur.

Wicca
Dalam Agarwood Wicca digunakan untuk cinta dan spiritualitas dan disebut untuk di banyak rumus ajaib yang paling kuat untuk menarik seorang kekasih dekat.
Aromatherapy
Kemampuan untuk memohon Agarwoods mendalam relaksasi membuatnya sangat berguna dalam setiap sesi aromaterapi, tetapi terutama efektif di mana kecemasan dan depresi yang hadir. Juga secara luas digunakan sebagai zat perangsang yang efektif.

Referensi:
www.psiko-mahadijalalal.blogspot.com

Konferensi Gaharu




Saya baru saja kembali dari tiga minggu di Demokratik Rakyat Laos Republik. Aku ada di sana untuk Agarwood, saya fiksasi, kecanduan dan gairah selama 10 tahun. Saya bukan seorang ilmuwan melainkan mementingkan kesenangan badaniah dan aromatik maven. Saya bertemu dengan seorang teman penyuling Agarwood di Laos, yang tidak biasa dan juga orang kecanduan dikenal oleh penduduk setempat untuk keahliannya di ekstraksi, kualitas kearifan, dan kemampuan teknik yang tepat.


Laos adalah terpencil, pedalaman, pegunungan, pedesaan negara di Asia Tenggara. Ini berbatasan dengan Vietnam, Cina, Thailand, Burma dan Kamboja. Laos adalah berurat dengan sistem sungai yang sangat luas, sedangkan anak sungai Mekong dan kisi seluruh utara. Laos adalah salah satu negara yang paling padat penduduknya di Asia; tidak banyak industri, termasuk pertanian, tidak banyak jalan beraspal, dan salah satu yang terendah di dunia GNPs. Laos masih tertutup oleh hutan menghilang dengan cepat, yang mendukung populasi hewan diketahui telah punah di tempat lain: harimau, macan tutul, lumba-lumba air tawar, dhole, rusa liar, dan bahkan ikan lele Mekong. Ada banyak etnis lainnya di Laos; hampir 1 / 2 dari negara suku dan Lao dituturkan sebagai bahasa kedua atau tidak sama sekali.

Delapan puluh persen penduduk tinggal di pedesaan, berburu dan memancing. Kebanyakan orang lebih suka permainan liar untuk dijinakkan daging. Kehidupan kecepatan lambat dan santai - di kota-kota Luang Prabang dan Vientaine, pada malam hari, sepertinya seluruh penduduk duduk menghadap ke Mekong, BeerLao minum dan mengobrol, atau bermain bulutangkis di kemerahan senja yang hangat. Tidak ada bangunan tinggi, beberapa mobil, dan tampaknya, tidak terlalu banyak undang-undang.

Agarwood pohon tumbuh berlimpah di Laos; mereka ditemukan di seluruh Asia Tenggara, dengan kualitas tertinggi kayu dari negara-negara bekas Indochina: Vietnam, Laos, dan Kamboja. Wilayah ini, Vietnam, pada khususnya, memiliki beberapa stasiun percobaan bekerja pada menginfeksi pohon, dan beberapa Aquilaria perkebunan. Agarwood, dan minyak, oud, adalah produk yang terinfeksi kayu dari beberapa spesies pohon genera: Yang paling umum adalah Aquilaria dan Gyrinops. Namun, seperti Aquilaria adalah pohon ditemukan di Laos, itu adalah pohon Aku akan berbicara tentang. Dari 11 spesies Aquilaria, diperkirakan mungkin 4-6 dari mereka dapat menghasilkan aromatik yang sangat dicari damar. Dan ini, Aquilaria crassna adalah spesies asli ke Laos. Informasi ini terbuka untuk diperdebatkan, karena tidak banyak yang berbahasa Latin botanis berkeliaran di hutan Lao (sebenarnya saya pikir hanya ada satu!) Dan mungkin yang Aquilaria crassna bukanlah satu-satunya pohon penghasil resin. Masyarakat setempat memiliki nama lain, di Lao "mai" berarti "kayu" dan begitu mai-keydsanah berarti, sederhana, Agarwood.

Agarwood Resin bentuk untuk menanggapi masih agak misterius set faktor. Di masa lalu, itu dianggap hama serangga. Percobaan baru-baru ini melibatkan sengaja melukai pohon, menyuntik dengan substansi yang menjengkelkan, dan mencegah dari penyembuhan secara alami. Ini agak efektif, menghasilkan beberapa kayu yang terinfeksi, namun belum begitu sukses dengan minyak sebagai minyak yang dihasilkan dari pohon bertani muda dan kualitas lebih rendah, keras dan "berminyak." Agarwood terbaik, ketika seluruh pohon yang terinfeksi dengan kualitas tinggi , resin dan minyak padat, dapat terjadi hanya dengan banyak waktu, dan lebih baik di hutan atau non-buat pengaturan. Pohon ini juga akan mati atau sekarat dan kadang-kadang sebagian dikubur. Agarwood resin teka-teki dapat pohon di seluruh yang heartwood, dan ketika ada banyak dari resin, yang masing-masing potongan dibersihkan dan dijual sebagai keripik, dalam berbagai kelas. Lesser kayu berkualitas, warna putih, dan mengandung kurang resin dan minyak atsiri juga digunakan: dinilai, cincang, cincang halus, dihancurkan, direndam, suling, redistilled, dihapus dan dikeringkan, dan menggulung ke dupa. Kayu yang tidak terinfeksi tidak memiliki aromatik digunakan.

Berapa banyak pohon di bawah budidaya?
Ajmal parfum memperkirakan bahwa terdapat 55 juta pohon yang ditanam di Assam, untuk mengantisipasi kekurangan di seluruh dunia. Banyak dari ini ditanam lebih dari 20 tahun yang lalu. Ada perkebunan baik 1,5 juta di dataran utara Lao Vientaine, ditanam di 2000/2001 dan sekarang ditetapkan untuk menjadi resor memancing untuk pendapatan sekunder. Ini adalah sebagian besar, jika tidak semua, Aquilaria crassna.There adalah 2 juta pohon Aquilaria ditanam di dekat Bangkok, dan lebih banyak di seluruh Thailand. Orang dapat juga ditemukan dalam banyak pohon di Vietnam di stasiun percobaan gunung harum di An Giang, belum lagi perkebunan lainnya. Pohon-pohon itu adalah Aquilaria crassna. Dan tampaknya semua orang menanam mereka di rumah, di yard.All mereka atas Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam paling tidak, pohon-pohon ini tumbuh. Dunia Agarwood tidak ada di alam semesta yang terpisah di mana orang tidak memiliki konsep batas-batas alam. Pada kenyataannya, banyak orang telah memperhatikan harga yang sangat tinggi Agarwood perintah dan mengambil langkah-langkah untuk mengintegrasikan diri dalam pasar masa depan. Ini bukan konsep yang tidak biasa. Jauh dari pendapat aku telah beberapa tahun yang lalu ketika saya pikir perkebunan kecil, aku akan mulai di Hawaii akan menjadi satu-satunya wali terhadap kepunahan - Sekarang saya melihat bahwa aku hanya satu dari sekian banyak ide yang sama ini. Sepertinya agak paternalistik untuk menganggap bahwa tanpa bimbingan barat budaya lain akan hanya mengambil dan mengambil sampai tidak ada lagi (seperti kami!) Dan bahwa kita memiliki kewajiban untuk mengangkat diri kita sendiri wali dan penjaga. Entah bagaimana orang-orang Asia Tenggara telah berhasil untuk mengetahui bahwa jika mereka menanam pohon dengan mata ke masa depan, bahwa investasi akan menguntungkan, bahkan jika pohon bertani keras menghasilkan minyak kualitas rendah. Dalam 5 tahun ini minyak sulit, hari ini dianggap sebagai tidak dapat diterima kualitas rendah ke pasar Arab utama, akan menjadi standar minyak Agarwood. Dan dalam 5 tahun itu juga kemungkinan bahwa kualitas minyak itu sendiri akan meningkat.

Slash dan Burn
Jelas dengan semua perkebunan, Aquilaria crassna tidak menuju kepunahan dalam waktu dekat. Walaupun tetap pertanyaan: bagaimana dengan yang liar? Proporsional mungkin ada banyak bibit Agarwood tumbuh di hutan, tapi ada kurang jelas hutan. Apakah Agarwood terancam atau liar itu sendiri terancam? Laos 'hutan menghilang dengan cepat, dan penyebab utama adalah tebang dan bakar. Merusak tanaman hutan dan nasi. Atau jati. Gergaji rantai adalah ilegal di Laos. Yang lebih ampuh dan demokratis senjata api. Api membakar hampir terus-menerus sepanjang sisa-sisa hutan Lao. Pada akhir musim kemarau, pada bulan Maret dan April, kabut mencapai titik kritis, secara efektif menghalangi matahari, iritasi mata dan paru-paru. Kabut berasap terlihat dari kursi pesawat Anda. Relief ini hanya diberikan oleh hujan, yang dimulai pada akhir April. Mereka tidak hanya memadamkan api, tetapi membawa partikel udara turun ke bumi, menyegarkan udara. Setelah vegetasi adalah abu dan tanah hangus, kliring dan penanaman menjadi lebih mudah. Banyak dari tebang dan bakar ini petani adalah petani pangan, tumbuh apa yang mereka butuhkan untuk hidup dan sedikit tambahan untuk perdagangan. Biasanya Agarwood sudah lama dipanen dari sebagian besar wilayah tebang dan bakar tapi ini tidak selalu terjadi. Ada beberapa kisah-kisah berbau fantastis kebakaran, ketika rasanya seolah-olah roh-roh hutan itu sendiri berkat mandi mereka yang cukup beruntung untuk menjadi dekat, dengan liar, cantik, memabukkan asap.Dan sehingga hutan menghilang, digantikan oleh sawah-sawah, jati Agarwood peternakan dan perkebunan.

Sebagian Laos adalah remote - dilalui oleh jalan setapak, hutan pegunungan terjal. Saat saya menulis ini, pada awal tahun 2004, ada beberapa jalan kecil di pedalaman. Setelah jalan ini dibangun, log dapat dihilangkan. Tapi tanpa jalan-jalan, dan kadang-kadang bahkan setelah mereka dibangun, pohon-pohon ditebang berlama-lama di bukit, berlebihan, sedangkan semak-semak crackles api. Tapi liar adalah penting untuk dicatat - prabayar kontrak dengan perusahaan Jepang dan Cina masih memiliki tahun lagi untuk menjalankan. Ada sebuah pasar ekspor besar Lao kayu, dan apa yang bisa dibawa keluar, adalah. Tapi paling sering terganggu log berbaring di pegunungan, menunggu transportasi yang tidak pernah datang. Sungai biasanya tidak pilihan transportasi baik, karena katarak, musim kemarau air rendah tingkat dan ukuran sempit dari sebagian besar anak sungai.

Laos Panen
Jadi kita tebang dan bakar, dan kami memiliki kontrak penebangan harus dipenuhi. Di manakah Agarwood cocok dengan ini? Ambil beberapa pengumpul, sekelompok kecil Lao, kelompok yang lebih besar dari orang asing, mungkin 30 Vietnam "belalang" yang bergerak melalui hutan lahap, makan segala sesuatu yang terlihat. Pengumpul ini akan mendukung diri mereka sendiri, berburu dan memancing, sementara mereka memotong pohon Agarwood, dan ini dapat melakukan beberapa kerusakan. Seberapa banyak dari pengumpul yang ada? Pengumpulan skala yang lebih besar dimulai sekitar 10 tahun yang lalu, ketika pemerintah Laos mulai mengeluarkan izin untuk Lao, dan bukan hanya kepada tentara Vietnam dan teman-teman dari pemerintah Lao. Perkiraan panen Lao adalah antara 600-1000 ton per tahun, tetapi jumlah ini tidak dapat diverifikasi. Seorang hakim yang baik dari jumlah ini adalah stills. Satu bisa mendapatkan ide dari kuantitas yang diambil dari hutan dengan jumlah kayu yang datang ke diam. Penyulingan kayu berkualitas akan membuat jalan ke stills lokal, yang tidak jauh. Ada larangan total penghapusan diproses kayu dari Laos. Dan ada juga pertanyaan yang lebih praktis tentang bagaimana menyelundupkan it out? Jika Anda dapat berjalan ke truk yang sudah menunggu, maka Anda berjalan ke diam. Menghasilkan minyak sama sekali tidak cukup tinggi, bahkan dalam skenario terbaik, dengan baik-dibuat, stills modern, untuk membenarkan mengemudikan truk kayu ke negara lain, bahkan jika hukum itu. Setiap uang yang mungkin hanya menutupi biaya bensin. Sangat kayu berkualitas tinggi dapat diselundupkan keluar, tetapi dalam jumlah kecil hanya karena tidak cukup untuk menghapus Common oleh truk.

Ini adalah kerja keras, Agarwood ini panen. Waktu yang dihabiskan di hutan utara sebelum mencapai pohon yang sesuai bisa beberapa hari. Bagi seseorang mungkin menghabiskan satu bulan di hutan, jauh dari keluarga, bergerak perlahan-lahan melalui medan yang sulit, naik pegunungan terjal, licin menuruni lereng perbukitan, yang masih hidup dari karunia hutan, mencari pohon yang tepat, memotong mereka ketika berada, kemudian memotong ke dikelola chip , kemudian membawanya keluar, 40, 50, 60 kilo mungkin, membawanya ke pembeli, untuk diam, berjalan di sana. Maka itu diperiksa dan membeli untuk berapa banyak? Mulai kurang dari $ 1/kilo, ini bukan yang besar dan menguntungkan hidup. Hutan besar. Dan tidak ada jutaan Agarwood pemanen. Agarwood panen adalah kadang-kadang, kegiatan tambahan oleh masyarakat setempat dan secara luas dianggap sebagai ilegal.

Daftar merah IUCN
Daftar merah IUCN termasuk Aquilaria pada tahun 1998. Ancaman ini dijelaskan demikian: "Eksploitasi berpenyakit kayu untuk industri parfum telah mengakibatkan penurunan populasi melebihi 80% dari tahun belakangan ini. Ada indikasi yang kuat bahwa kerugian yang sama terjadi di seluruh Indo-Cina. "(Survei-Nya dibuat di Vietnam.)

Aku bertanya-tanya tentang survei ini untuk beberapa alasan. Pertama, itu dilakukan di Vietnam, aku tidak tahu di mana. Apa indikasi kuat bahwa "kerugian sama" sedang terjadi di seluruh Indocina? Vietnam adalah padat penduduk (55 juta) dengan cepat industrialisasi negara dengan akses pantai seluruh panjang dan rendah yang terdiri dari lahan basah di daerah Delta Mekong, dengan tersebar di daerah pegunungan berbukit dan terjepit di antara pantai dan Laos. Vietnam memiliki sejarah panjang peternakan dan pertanian intensif. Laos memiliki kepadatan penduduk yang rendah, tidak ada sejarah peternakan dan sedikit (relatif) pertanian. Laos adalah lebih pedesaan, banyak hutan, kurang berkembang dan tidak memiliki pantai. Dan jika hanya "berpenyakit" dieksploitasi kayu, lalu mengapa akan yang akan merugikan tetap sebagai kayu ini sedang sekarat dan tidak akan menumbuhkan dalam kasus ini? Singkatnya, Vietnam memiliki jaringan transportasi yang baik; Lao PDR tidak.
Hanya ada dan tidak akan pernah cukup belajar untuk organisasi tersebut. Jika seorang ahli botani terobsesi harus bersandar pada seseorang di ujung bisnis untuk menyelenggarakan sebuah survei hutan, jika bahkan ia belum mampu menyelesaikan survei hutan di sepanjang tahun-tahun yang dia sudah tinggal di Laos, bekerja secara eksklusif pada proyek ini dan berbicara lancar Lao, maka peluang apa yang telah dilakukan orang luar? Satu-satunya cara untuk melihat apa pun yang harus berhubungan dengan perdagangan, dan tentu saja untuk peduli Agarwood dalam dan mendasar, cara obsesif, tidak dalam memihak satu, namun sungguh-sungguh dan berniat baik.
Menurut siaran pers baru-baru ini dari James Compton, Asia Tenggara Direktur TRAFFIC, (program bersama WWF dan IUCN-The World Conservation Union. Ia bekerja sama dengan CITES): "Seperti perdagangan global melibatkan isu-isu ekonomi, budaya dan manfaat obat-obatan, di samping pengelolaan jenis pohon, TRAFFIC sangat mendukung upaya-upaya untuk membawa produsen dan konsumen sama untuk memastikan bahwa perdagangan terus berlanjut, "Compton melanjutkan. "Sangat penting untuk diingat bahwa CITES Appendix II adalah perdagangan bukan larangan, tetapi sebuah intervensi pengelolaan yang akan membantu menjamin legalitas, mempromosikan keberlanjutan dan memungkinkan lebih akurat Agarwood pemantauan perdagangan."
Klasifikasi baru ini untuk semua jenis Aquilaria mencerminkan kerentanan di alam liar, tentu saja, tetapi menerima dan mengakui Agarwood tempat dalam budaya, agama, medis dan kebutuhan estetis dunia. Dunia dan sumber daya yang tidak begitu hitam dan putih seperti bisa nyaman.

Bukan larangan perdagangan.
Menyerukan larangan total penggunaan seluruh kayu berasal minyak atsiri, Agarwood secara khusus, tidak diperlukan. Apresiasi Agarwood, dan penggunaannya di seluruh dunia, adalah suatu hal positif, karena mungkin satu-satunya zat alami benar-benar menikmati penghormatan universal. Berapa banyak hadiah lain dari bumi dihormati dan dipuja begitu? Masih belum ada produksi massal Agarwood.
Bahkan meskipun ada "sedikit bukti dari negara rentang apapun melembagakan sistem manajemen khusus untuk memproduksi Agarwood spesies" tampaknya hal ini mungkin tidak diperlukan seperti pernah berpikir, dengan begitu banyak individu dan perusahaan swasta mulai tumbuh pohon-pohon. TRAFFIC benar menunjukkan bahwa karakteristik yang umum untuk semua rentang Agarwood negara adalah "menyusut habitat - manusia perambahan dan konversi lahan berdampak pada populasi liar." Mereka juga menyebutkan waktu investasi yang lebih besar, upaya besar untuk menemukan Agarwood di hutan, dan peningkatan ekstraksi dari lindung daerah. Sangat penting untuk diingat bahwa daftar CITES Appendix II bukanlah larangan perdagangan.

TRAFFIC telah mengusulkan di masa lalu bahwa semua perdagangan harus tunduk pada penerbitan izin CITES membentuk birokrasi. TRAFFIC juga menyarankan bahwa perdagangan ini harus didukung oleh "CITES merugikan non-ilmiah menemukan prosedur untuk menilai apakah ekspor tidak akan memiliki efek negatif pada populasi liar." Tidak jelas apakah mereka masih aktif mengejar kebijakan ini diperbarui mengikuti klasifikasi.
Secara pribadi, saya bertanya-tanya tentang kebijaksanaan tentang menempatkan seluruh apa pun di tangan sebuah entitas, baik itu pemerintah atau murni birokratis. CITES metode apa yang akan digunakan untuk menjamin penilaian ini, selain "ilmiah" mana? Sementara saya setuju bahwa jangka panjang manajemen perlu non-merugikan, saya tidak begitu yakin CITES kemampuan untuk mengawasi ini.

Untuk semua pembicaraan tentang memastikan masyarakat setempat, para penjaga tanah sehingga untuk berbicara, manfaat dari setiap perdagangan sumber daya alam, peraturan yang dipaksakan dari luar adalah bertentangan dengan ide ini, meskipun menyatakan kebajikan dari otoritas luar. Dan bagaimana CITES "konsumen-produsen asuh link, termasuk tengkulak, untuk meningkatkan pelayanan dan manajemen strategi?" Seperti itu, orang-orang yang terlibat dalam perdagangan adalah orang-orang yang berada dalam lingkaran, bukan organisasi. "Positif Insentif untuk Good Management" adalah slogan yang baik, tetapi di mana akan insentif positif ini berasal? Apakah CITES dan birokrasi lain yang memiliki sarana untuk menawarkan "insentif positif?" Apa yang lebih baik bisa ada insentif dari Agarwood itu sendiri?

Mungkin ini sebabnya TRAFFIC telah melihat beberapa keberhasilan dengan upaya-upaya peraturan mereka - mereka telah berhasil bekerja di dalam masyarakat lokal, terutama di Papua Nugini, dengan penekanan lebih pada membantu masyarakat lokal untuk menciptakan suatu kerangka kerja yang lebih baik mengelola sumber daya lokal mereka daripada memaksakan alien perintah dari atas.

Hari ini kita memiliki semua jenis Agarwood, baik Aquilaria dan Gyrinops, tercantum dalam lampiran II CITES, yang seharusnya untuk mengatur dan memantau perdagangan, sehingga untuk membantu melanjutkan; Sekali lagi, ini bukan larangan perdagangan. Saya pikir ini sangat baik. Kebiasaan sebelumnya mengklasifikasi oleh spesies (crassna, malaccensis, sinensis, dll,) tidak lagi aktif, seperti yang mustahil untuk menegakkan. Sebagian besar perdagangan di woodchips dan minyak dan identifikasi spesies positif tidak mungkin.

Sebagai kesimpulan, dunia Agarwood bukanlah dunia yang mudah, tepuk jawaban. Untuk setiap tampaknya bagian dari data konklusif ditandai, orang lain akan muncul untuk menantang itu. Apakah hutan kita terbakar? Apakah kita menghancurkan dunia kita? Ya, dan ya. Agarwood harus dipantau, dan dilindungi? Ya, dan ya. Dapatkah kita masih menggabungkan pohon yang indah ini, minyak indah ini, parfum ilahi ini, ke dalam hidup kita? Ya, oh ya.
Trygve Harris

Referensi-Berkat
Christopher Hoeth - pada umumnya di Asia Tenggara
Anders Jensen - PhD student, Royal Veterinary & Pertanian Universitas, Copenhagen, denmark

Dr Seni Tucker - Dept of Agriculture and Natural
Sumber daya, Delaware State University USA
Dr Robert Blanchette-Profesor, Dept of Plant Pathology University of Minnesota USA
James Compton - Direktur, TRAFFIC SE Asia
Kuala Lumpur, Malaysia

REFERENCE: www.psiko-mahadijalalal.blogspot.com/

Pohon Aquilaria berkelanjutan memproduksi Agarwood




Agarwood, aloeswood, gaharu, jinkoh, gaharu adalah nama-nama bagi dunia yang paling berharga dupa. Bahan resinous ini dihasilkan oleh pohon-pohon hutan hujan tropis dan telah digunakan selama berabad-abad sebagai dupa dan obat tradisional. Di masa lalu, pertumbuhan tua Aquilaria dan pohon-pohon tanpa pandang bulu Gyrinops dipotong untuk menemukan resin (biasanya tersembunyi dalam pusat hanya beberapa pohon tua). Hari ini di banyak negara Asia Tenggara di mana pohon itu sekali asli, telah menjadi sangat langka karena meningkatnya panen.

Yang resinous minyak kayu atau diekstrak dari bagian dalam beberapa pohon sangat berharga karena sangat dianggap untuk digunakan selama Buddha dan kegiatan kebudayaan Islam serta unsur penting dalam banyak obat-obatan tradisional. Juga merupakan komponen yang sangat penting dalam upacara tradisional dupa Jepang. Meskipun sebagian besar orang di Amerika Serikat dan Eropa tidak akrab dengan resinous aromatik kayu, yang digunakan sebagai dupa (disebut aloeswood) disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Orang-orang di Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara lain yang telah memiliki kesempatan untuk mencium bau wangi dupa yang luar biasa ini merasa sangat menarik dan menyenangkan.
Pohon Aquilaria sekarang dilindungi di sebagian besar negara dan pengumpulan Agarwood adalah ilegal dari hutan alam. Kesepakatan internasional, seperti CITES (Konvensi Perdagangan Internasional dalam Endangered Species of Wild Fauna dan Flora), diterima oleh 169 negara, dirancang untuk memastikan Agarwood perdagangan produk-produk dari pohon-pohon liar tidak mengancam kelangsungan hidup Aquilaria. Meskipun upaya-upaya ini Agarwood produk dari menebang pohon secara ilegal terus dijual dan ketidaktahuan konsumen menciptakan permintaan yang membantu untuk menghancurkan tua terakhir pertumbuhan pohon Aquilaria yang ada.

Agarwood apa yang memicu terbentuk dalam pertumbuhan tua pohon telah menjadi sebuah misteri tak terpecahkan. Penyelidikan penelitian kami selama 12 tahun terakhir bekerjasama dengan Proyek Rainforest Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk pelestarian hutan dunia http://www.agarwood.org.vn, telah mempelajari pembentukan resin di pohon Aquilaria dan Gyrinops dan menemukan sebuah metode untuk memproduksi resin tumbuh di perkebunan pohon-pohon muda. Teknik ini terdiri dari pohon-pohon melukai cara tertentu dan menerapkan perlakuan-perlakuan untuk mempercepat tanggapan pertahanan alami dari pohon. Teknik memungkinkan hasil yang berkelanjutan dari resin yang akan diproduksi di pohon relatif muda. Agarwood adalah produk hutan bernilai tinggi yang mudah untuk menyimpan dan kapal. Kami mengembangkan metode baru untuk mengolah Agarwood menyediakan ekonomi baru, non-kayu hasil hutan untuk Asia Tenggara dan daerah tropis lainnya di dunia. Ini ekonomi baru di daerah pedesaan akan membantu banyak orang termiskin di dunia. Produksi yang berkelanjutan Agarwood tumbuh di perkebunan pohon menghilangkan kebutuhan untuk memotong pohon-pohon hutan pertumbuhan tua untuk resin dan akan membantu menyelamatkan pohon yang terancam ini dari kemungkinan kepunahan. Karya ini juga menyediakan sumber Agarwood dibudidayakan sehingga resin aromatik megah ini dapat dinikmati oleh orang-orang di seluruh dunia. Pertama di dunia yang dibudidayakan Agarwood diproduksi menggunakan teknologi oleh petani di Vietnam sekarang tersedia dan dapat dibeli dari distributers dan dari internet.
Agarwood bentuk sebagai zat resinous jauh di dalam beberapa jenis pohon dari Asia Tenggara. Banyak kebudayaan hadiah Agarwood, yang tidak kayu sama sekali, seperti minyak wangi dupa dan minyak untuk digunakan selama upacara keagamaan di kuil-kuil dan masjid-masjid. Panen yang berlebihan Agarwood dari hutan lindung diduga telah membuat resin langka serta terancam banyak spesies pohon inang.

Juga dikenal sebagai aloeswood, heartwood, atau gaharu, resin ambar menyerupai Agarwood. Hal ini lengket dan mudah dibentuk, tetapi tidak secara alami diproduksi oleh pohon seperti kebanyakan jenis getah. Itu hanya bentuk persentase dalam pohon kecil dari keluarga Aquilaria, disebut thymelaeceae, yang digunakan untuk tumbuh di iklim dan hutan hujan di Malaysia, Papua Nugini, Indonesia, India, dan Vietnam. Pohon tropis ini sebenarnya tumbuh sangat cepat di tanah yang buruk, selama mereka mendapatkan cukup air.

Sayangnya, pohon-pohon tidak dihargai kayu produktif mereka, melainkan substansi anomali Agarwood yang tampaknya timbul sebagai akibat dari infeksi atau mutasi genetik. Sayangnya, orang tidak dapat membedakan mana pohon bisa menghasilkan panen yang besar dan kuat Agarwood sampai mereka ditebang dan pecah. Tinjauan ke masa depan mungkin telah memungkinkan mereka akan dimonitor sebagai sumber daya terbarukan, tetapi lebih-panen memiliki semua tetapi menghilangkan pohon Aquilaria di sebagian besar negara.

REFERENCE: http://www.psiko-mahadijalalal.blogspot.com/

Kenapa Gaharu / Agarwood dipilih?




Gaharu menjadi salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (Bahasa Indonesia disebut "HHBK"). Harga sangat istimewa bila dibandingkan dengan HHBK lainnya. Harga jual yang tinggi dari masyarakat untuk mendorong Gaharu cacth kesempatan. Sebagai contoh, pada awal tahun 2001, di East Kalimantan (Kalimantan Timur) tepatnya di pujangan (kayan) harga Gaharu dapat mencapai rp. 600.000, - per kilogram.

Pada tingkat ritel, harga ini tentu saja menjadi lebih tinggi. Kontribusi gaharu menunjukkan peningkatan hasil valuta asing. Menurut Pusat Statistik Indonesia, rata-rata nilai ekspor gaharu setiap tahun 1990-1998 sebesar US $ 2 juta, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi US $ 2,2 juta.
Masyarakat umum seringkali membuat kabur istilah gaharu dengan pohon gaharu. Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna khusus, dengan memiliki damar wangi alami yang berasal dari pohon atau bagian dari pohon yang tumbuh secara alami dan mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang baik melalui alam atau produk pada suatu birch, yang pada umumnya terjadi di Aquilaria sp. pohon (nama daerah: Karas, Alim, Garu dan lain-lain).
Gaharu dikenal karena memiliki aroma khusus dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, deodoran ruangan, Joss stick (selesai berdoa untuk agama Buddha, Kong Hu Cu, Hindu), kedokteran, dan lainnya.
Gaharu perdagangan dalam berbagai bentuk, seperti berbentuk potongan, keripik dan bubuk. Bentuk potongan bisa dalam bentuk patung atau bentuk unik (natural sculpture) atau tanpa bentuk sama sekali. Warna dapat bervariasi mulai dari mendekati putih sampai cokelat tua atau dekat kegelapan, tergantung derajat dan damar wangi dengan sendirinya lebih kuat harum. Biasanya warna gaharu dibuat dasar dalam penentuan kualitas gaharu. Lebih hitam / tebal warna, resin yang harum lebih semakin tinggi, dan juga nilai menjualnya. Lebih hitam / tebal warna gaharu, menunjukkan semakin tinggi proses infeksi, dan memperoleh hasil kekuatan aroma. Panduan warna dan aroma ini tidaklah mutlak, karena dalam kenyataannya, warna ini dapat ditipu dengan cat aplikasi, sedangkan aroma dapat ditipu dengan cat gaharu ke dalam destilat gaharu. Hanya berpengalaman dan splash panjang dalam perdagangan gaharu yang dapat membedakan antara kualitas tinggi gaharu dengan kualitas rendah (kemedangan).

Di Indonesia, perdagangan gaharu stills dalam bentuk potongan, keripik dan atau bubuk gaharu. Masyarakat belum tertarik untuk mengolah gaharu untuk lebih lanjut karena kurangnya informasi dan proses. Acctualy gaharu dapat diolah menjadi destilat gaharu, parfum, sumpit, dan lain-lain, tentu saja akan meningkatkan nilai penjualan.
Gaharu menghasilkan oleh infeksi pohon-pohon yang tumbuh di zona tropis dan Gaharu adalah marga Aquilaria, gyrinops dan gonystilus, itu adalah milik keseluruhan Thymelaeaceae kerabat. Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar luas di asia tropis dimulai dari India, Pakistan, Birma, Laos, Thailand, Kamboja, Cina Selatan, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Enam di antaranya ditemukan di Indonesia (a. malaccensis, a. microcarpa, a. hirta, a. beccariana, a. cumingiana dan a. filarial). Keenam jenis mereka ditemukan hampir di seluruh kepulauan Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Pulau Tenggara. Gonystilus klan memiliki 20 spesies, tersebar luas di asia tenggara mulai dari Malaysia, Semenanjung, Serawak, Sabah, Indonesia, Papua Nugini, dan Solomon Kepulauan Philipina hingga Kepulauan Nikobar. Sembilan spicies ditemukan di Indonesia yang ada di Sumatera, Kalimantan, Bali, Maluku dan Irian Jaya. Gyrinops klan memiliki tujuh spesies. enam dari mereka tersebar luas di bagian timur Indonesia dan satu spesies yang ditemukan di Srilanka. Penyebab insiden infeksi (yang menghasilkan gaharu) pada pohon penghasil gaharu, hingga kini masih dalam penelitian. Namun, para peneliti menduga bahwa terdapat 3 elemen penyebab proses infeksi pada pohon penghasil gaharu, yaitu (1) Infeksi disebabkan jamur, (2) Injuried dan (3) proses non-phatology. Pada kelompok pertama, santoso (1996) menyatakan keberhasilan terisolasi beberapa jamur dari pohon Aquilaria spp. infeksi yaitu: Fusarium oxyporus, f. bulbigenium dan f. laseritium. dalam kasus 2 dan 3 muncul hipotesis, yang menyatakan pohon injuried dapat mendorong munculnya proses penyembuhan yang menghasilkan gaharu. Tetapi hipotesis ini masih perlu verifikasi.
Kualitas gaharu Indonesia menurut nasional telah ditunjuk dalam SNI 01-5009.1-1999 gaharu. Standar Nasional Indonesia (SNI) gaharu dibagi menjadi 13 kelas kualitas yang terdiri dari: • Gubal Gaharu dibagi ke dalam 3 kelas kualitas (kualitas terbaik = setara dengan mutu super; kualitas pertama = setara dengan mutu AB; dan kualitas kedua = setara dengan kualitas Sabah Super),
• Kemedangan dibagi dalam 7 kelas kualitas (mulai dari pertama kualitas = kualitas setara dengan kualitas TGA/TK1 hingga ketujuh = setara dengan kualitas M3), dan
• Gaharu abu dibagi dalam 3 kelas kualitas (kualitas terbaik, pertama dan kedua).
Praktis dalam perdagangan gaharu, pembagian kualitas gaharu tidak sama antara daerah satu dengan lainnya, meskipun ada SNI 01-5009.1-1999 gaharu. misalnya, di Kalimantan Barat sepakat pada tanggal 9 jenis mutu yaitu dari mutu super A (terbaik) sampai kualitas kemedangan runtuh. Sementara di Kalimantan Timur dan Riau, para pedagang gaharu setuju pada 8 kualitas, mulai dari mutu super A (terbaik) sampai kemedangan kualitas. Standar di lapangan tidak sama karena adanya gaharu SNI sejauh ini belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh kolektor. Disamping itu, sebagai produk lain SNI hasil hutan, aplikasi SNI gaharu stills telah sukarela, di mana tidak ada kewajiban untuk menggunakannya. Pemanfaatan gaharu dari alam tradisionally di Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), akan menjamin kelestarian pohon sumber, itu hanya berpartisipasi pohon gaharu yang ada tanpa harus Fells pohon. Panen gaharu terbaik dari produsen gaharu pohon yang memiliki diameter di atas 20 cm. Namun, sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar dan nilai jual dari gaharu, masyarakat lokal mendapat saingan dari pedagang gaharu dari tempat lain, sehingga mereka bersaing untuk berburu gaharu. Akhirnya, pemanfaatan gaharu di tradisionally yang mengancam prinsip pelestarian tidak dapat dipertahankan lagi. mempengaruhi hal ini, lebih setidaknya sumber gaharu pohon. Bahkan di beberapa tempat, gaharu telah dinyatakan jarang / hampir hancur. hal ini disebabkan oleh karena warga tidak lagi hanya menangkap ada bagian dari pohon gaharu, tapi langsung jatuh pohon. Mereka jatuh pohon berkurang menjadi di bawah 20 cm diameter, dan tentu saja kualitas gaharu yang mereka punya tidak optimal. Konsekuensi lebih strightened pohon penghasil gaharu yang langka, dalam COP (konperensi para pihak) di - 9 CITES (konvensi tentang perdagangan internasional liar spesies langka flora dan fauna) di Fort Lauderdale, Florida, USA (7 - 18 November 1994) konferensi pendatang di India mendapat usulan proposal pendaftaran salah satu spesies penghasil gaharu (a. malaccensis) dalam mengutip Lampiran ii. Dengan demikian selama 90 hari sejak penerimaan / penetapan proposal tersebut, perdagangan spesies harus dilakukan dengan prosedur CITES.

Masalahnya, hingga kini perdagangan dalam bentuk cowok, keripik, serbuk, destilat cendana dengan tujuan untuk produk seperti sumpit, pensil, parfum, dan lain-lain sulit untuk mengidentifikasi jenis gaharu oleh a. malaccensis atau dari spesies lain. Untuk mengatasi masalah ini, kebijakan yang baik akhir yang juga tetap berlaku prosedur penerima mengutip terhadap setiap produk gaharu, longgar untuk produk yang berasal dari spesies a. malaccensis atau tidak. hal ini disebabkan oleh sebagian besar populasi spesies penghasil gaharu di alam telah disajikan di jalur terancam hancur. dengan demikian diharapkan populasi spesies penghasil gaharu saveable. homepage sumber dephut. pergi. id

referensi: balikayana.com

Gaharu untuk Industry




Ketika panggilan gaharu, banyak dari kita membayangkan bahwa harga begitu mahal, jadi ada beberapa yang mengatakan dia lebih berharga emas. Harga mungkin mencecah sehingga RM14, 000 - RM20, 000 sekilogram untuk potongan berkualitas tinggi gaharu. Namun, semua hasil diambil dari hutan dan kini kenyataan, Karas utama terancam kepupusan.

Tanpa kesedaran untuk semua, negara kita mungkin tidak lagi dapat mengeksport gaharu hasil permintaan yang tinggi untuk negara-negara Timur Tengah dan juga negara lain seperti Taiwan, dan begitu Jepun. Mungkin kita harus beralih ke negara-negara tetangga lainnya seperti Indonesia, Thailand, Myamar, dan mereka meninggalkan kita banyak dalam hal teknologi dan perladangan.

Barangkali, kurangnya pemberitahuan yang tepat dan juga modal awal tumbuh tinggi menjadi faktor komersial itu kurang menarik. Masuk akal, lembaga - lembaga yang kerajaan berperan dalam mendistribusikan fakta-fakta dan perkembangan teknologi harus dicapai dalam upaya untuk membuatnya sebagai industri menyadari.

Banyak dari kita tidak sadar, bisnis Karas dasar sudah dilakukan oleh beberapa lembaga yang ada di beberapa tempat di negeri kita, juga dalam penyelidikan gaharu melalui suntikan dan kaedah inokulasi juga aktif dijalankan.Namun, kurangnya pendedahan dan mengumpulkan deklarasi, ini kurang memberikan dampak dalam pelaksanaannya.

Bagi mereka yang berminat Karas penanaman kepala sekolah, mungkin ada kabar baik. Buat sebelum tahun (2007), teknologi gaharu di penghasilan akan dibawa ke negara kita. Memilih bisnis Prof. Blanchette oleh satu lembaga kerajaan pada waktu yang tepat. Namun, jika kita tidak menanamnya, teknologi, tidak ada makna.

Untuk bisnis inti Karas lapangan, beberapa faktor harus dipertimbangkan seperti pemilihan anak benih, jarak tanaman, kaedah tanaman, injeksi dan kaedah pasar. Ia harus dinilai untuk risiko meminimakan sana dan mendapatkan hasil yang Maksima muncul kembali setelah 7 tahun.

Pertama, pemilihan benih anak-anak sering menjadi masalah. Ada spesies yang lebih baik dari B, dan spesies yang lain karena lebih cepat dan mendapatkan lebih mahal. Kita harus meneliti beberapa studi, Karas utama benar-benar memiliki metode yang berbeda dengan sekolah lain. Utama Sihat menarik dan cepat menghasilkan resin gaharu yang proporsional dasar sedikit sakit dan terganggu.

Ia benar-benar selari dengan kejadian semulajadi gaharu di hutan, yang terletak di area utama berbatu dan pengkhianatan yang berlebihan gaharu menghasilkan tindakbalas yang lebih berkualitas. Kita juga harus melihat ke permintaan pasar, suatu spesies yang memiliki pilihan pembeli dan harga yang tinggi. Spesies Aquilaria Malaccencis adalah salah satu spesies yang memiliki nilai komersial yang tinggi.

Ketika kaedah penanaman, jarak tanam 6'x6 'atau 10'x10' jumlah tanaman di 430 atau 1000 kepala sekolah dasar seekar. Menanam intergrasi adalah meminimunkan lebih banyak risiko, bahkan untuk memberikan pulangan jangka pendek dapat menampung kos secara keseluruhan. Bordir dapat dilakukan dengan tanaman dan tanaman herbal kontang. Penjarakkan sesuai harus dilihat.

Setelah Karas dasar mencapai usia 5 tahun, semacam enzim injeksi yang dibuat untuk gaharu dan pergi selama 2 tahun sebelum hasil yang diperoleh. Silakan mengingatkan, tanpa Karas teknologi dasar ini tidak dapat dibentuk di gaharu. Berbeda dengan semulajadi, gaharu bentuk kepala sekolah pada usia 20 - lewat 40 tahun dari pelecehan dengan fisik atau microrganisme.

Banyak laporan di dada dan halaman Akhbar, setiap klaim nilai pokok gaharu sehingga RM14, 000 - RM18, 000. Namun, kita perlu menilai setiap aspek dan risiko. Mungkin tidak masuk akal jika kita menempatkan RM1, 000 hanya untuk menghasilkan sepokok gaharu. Bayangkan Anda tanam pada tahun 1000 dan kepala sekolah yang dapat Anda pikirkan nomor. Bahkan jika hanya 50% dari yang adalah satu-satunya, jumlah pendapatan yang masih tinggi!

Dengan demikian, sangat penting bagi kita semua memperoleh sebanyak mungkin untuk membuat deklarasi Karas dasar lapangan. Diharapkan bahwa ada lembaga-lembaga yang bertindak sebagai monitor dan dapat menyimpan data dalam segala bidang Karas negara kita. Sebegini deklarasi ini sangat berguna untuk referensi di masa depan.

oleh: PERKEBUNAN-JASBEN @ 2006
sumber: balikayana.com

Fakta Gaharu




Pendahuluan Karas Utama
peluru Aquilaria spp. adalah seorang pelaku dalam keluarga Thymelaecae.
Peluru utama yang telah dimasak sehingga akan menjadi 40 meter tinggi dan berdiameter 40cm.

Karas utama peluru di hutan damar semulajadi isu gaharu dimulai pada usia 20 hingga 45 tahun, tergantung pada ketahanan pokok dan tindakbalas utama pengkhianatan.
peluru Ada 15 spesies dari genus Aquilaria memiliki nilai komersial yang tinggi. Malaysia 5 spesies mereka sendiri yang sangat berkualiti Aquilaria hirta, A. Malaccencis, A. beccariana, A. rostrata dan A. microcarpa.
Hidup peluru di daerah pamah tanah sehingga ketinggian 750 m dari aras laut, dan memerlukan topping hujan dan kelembapan yang tinggi.
peluru Karas Utama adalah salah satu spesies dalam CITES Appendix II, adalah spesies terancam karena populasi kepupusan.
Gaharu peluru yang digunakan dalam industri parfum, produk perubatan, perubatan Ayurvedic, Majlis keagaamaan dan sebagainya.

Senario dalam industri Gaharu
Permintaan gaharu peluru ke pengeluaran yang lebih tinggi meskipun berkurangan, harga meningkat setiap tahun.
Sebagian besar peluru gaharu diekspor ke kontraktor-kontraktor di Singapura, Timur Tengah, Hongkong dan Taiwan.
peluru sehingga bisa mencecah harga RM 14 - 18 thousand sekilogram untuk Double Super Good. Pada kenyataannya, harga pasar minyak gaharu juga sangat tinggi sehingga RM45 ribu / kg. (kaedah kualitas penggredan kayu dan minyak dan masih dipiawaiankan tidak bergantung pada penjual dan pembeli).
Asia Tenggara mengeksport gaharu bernilai peluru RM48.3 juta ke Arab Saudi dan bekalan hanya memenuhi 20% dari permintaan pasar. (sumber: TRAFFIC Internasional 2002)
Buat sebuah peluru kali ini, kebanyakkan gaharu mengeluarkan hasil hutan dan sangat terbatas. Tanpa implan, spesies ini akan terus terancam akibat aktivitas kepupusan gaharu
peluru Penanaman gaharu di Malaysia masih baru dan tidak populer, tetapi di negara lain seperti Indonesia, Thailand dan kamboja sudah menjadi tua. Sebaliknya ia mendapat dukungan yang sangat kuat dari kerajaan badan mereka dari segi modal dan teknologi.

Penggalakan's Gaharu bidang
Karas utama peluru dilaksanakan sesuai
1. Tanah terbiar
2. Kawasan hutan menyimpan rezab
3. pembalakan kawasan yang telah diterokai.
4. Jalankan ladang pertanian dan hutan diintergrasikan dengan berbagai tanaman lain seperti tanaman rempah dan komoditas.
Dapatkah menjana peluru hasil ekonomi masyarakat lokal dan negara-negara dalam bentuk ekspor.

referensi: balikayana.com

Gaharu ( Rencana Harga )




Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna khusus, dan memiliki ukuran matriks damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari infeksi yang terjadi baik secara alami atau yang dibuat di pohon, dan umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (Nama lokal: Karas, Alim, garu dan lain-lain).

bubuk gaharu kayu gaharu dihasilkan dari proses penggilingan menghancurkan atau kayu gaharu atau membersihkan residu kerok. Resin gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau pohon gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai dengan warna coklat gelap.
Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau pohon gaharu, memiliki matriks resin harum dengan aroma yang lemah, ditandai dengan warna putih kelabu kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayu luna.

Gaharu dikelompokkan menjadi tiga (3) Sortimen, yaitu gubal gaharu, gaharu kemedangan dan abu-abu.

Menentukan mutu kayu gaharu adalah penilaian ukuran, warna, bentuk, serat, bobot kayu, dan aroma dari kayu gaharu yang diuji. Sementara itu, untuk abu gaharu dengan tingkat warna dan aroma.

1. Penilaian terhadap ukuran kayu gaharu, adalah sebuah cara untuk mengukur panjang, lebar dan tebal, sesuai dengan persyaratan kualitas dalam Tabel 2.
2. Penilaian terhadap warna kayu dan abu gaharu adalah dengan menilai warna juga, lebih tua warna kayu, menunjukkan semakin tinggi resin matriks.
3. Penilaian rahim dan aromanya harum resin adalah cara untuk memotong kayu kecil gaharu atau mengambil sejumput abu gaharu, dan membakarnya. Kandungan damar wangi yang dapat lebih tinggi dari pembakaran kayu atau abu-abu gaharu and roll mengeluarkan aroma wangi dan kuat.
4. Penilaian terhadap serat kayu gaharu, adalah tingkat dan kepadatan serat kayu. Serat kayu yang rapat, padat, halus dan licin, kualitas lebih tinggi dari itu dalam serat dan kurang kasar.

Kandungan bahan kimia yang ditemukan dalam gaharu merupakan komponen yang terdiri dari sesquiterpenes, sesquiter-pene alkohol, kompoun oksigen dan chromone. Selain itu, juga terdiri dari komponen agarospiral, jinkohol-eramol, jinkool yang menghasilkan aroma gaharu.

Karas penggunaan kayu dalam industri kayu di mana kayu digunakan dalam industri pembuatan kotak, papan lapis, cenderamata, perabot, perempuan sandal, slip senjata, sumpit dan lain-lain. Ketika kegunaaan gaharu banyak upacara keagamaan ke Cina, Unanai, Ayurvedic dan folk ritual di Tibet. Dia menggunakan rumah sebagai pengharum di Timur Tengah ketika Papua Nugini untuk menggunakannya sebagai Ubat-ubatan oleh komunitas tradisional. Pada waktu ia ikut sekarang digunakan sebagai parfum dan kosmetik.

Dikirim Oleh Fadil Antifidia
referensi: balikayana.com

Aquilaria agallocha




Kehutanan Compendium memberikan informasi berikut untuk
Aquilaria malaccensis (sinonim A. agallocha). Saya tidak bisa menemukan publikasi
on A. malaccensis / A. agallocha di Brasil pada CD POHON.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Kehutanan Compendium atau POHON CD
mengirim e-mail ke publishing@cabi.org

Tim Green
Kehutanan Compendium
CAB International
----
NAMA PREFERRED
Aquilaria malaccensis Lam.

Taksonomi POSISI
Kerajaan: Plantae
Filum: Spermatophyta
Subfilum: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Order: Thymelaeales
Keluarga: Thymelaeaceae

NAMA LAIN USED
Aquilaria agallocha Roxb.
Aquilaria ovata Cav.
Agallochum bol (Lam.) Kuntze
Aquilariella malaccensis (Lam.) Tiegh.

NAMA UMUM
- Bahasa Inggris:
Agarwood
gaharu
aloeswood
- Bangladesh:
Agor
- Myanmar:
akyaw
- Jerman:
Adlerholz
- Kalimantan:
calambac
tengkaras
- Sumatra:
alim
halim
karek
- India:
agaru
sasi
- Semenanjung Malaysia:
gaharu
Karas
- Sabah (Malaysia):
calambac
tengkaras
- Sarawak:
calambac
tengkaras
- Vietnam:
kanankoh

PERDAGANGAN NAMA
kayu elang
aloe kayu
jinkoh
jinko

PENTINGNYA
A. malaccensis adalah ukuran sedang pohon besar hingga 40 m dan 60
cm. Populasi alami terjadi secara luas di Selatan dan Tenggara
Asia. Agarwood menghasilkan yang digunakan dalam minyak wangi, dupa dan obat-obatan,
dan dapat menjadi sangat berharga, tergantung pada isi oleoresin kayu
(Sumadiwangsa, 1997). Agarwood bercak-bercak tidak teratur terdiri dari kayu hitam di
yang wangi terkonsentrasi oleoresins; itu muncul untuk mengembangkan
sebagai akibat dari gangguan fisiologis (melukai, serangga atau serangan jamur)
(Rao dan Dayal, 1992). Nilai tinggi yang berpotensi dari kayu telah mengakibatkan
dalam penebangan sembarangan populasi alami dalam beberapa kasus, dan
spesies yang terdaftar dalam CITES Appendix II (spesies yang mungkin menjadi terancam
jika perdagangan tidak dikendalikan dan dipantau).

A. malaccensis belum banyak didirikan di perkebunan
karena ketidakpastian produksi dari produk utama, Agarwood;
Namun, perkebunan memiliki sebagian besar telah didirikan di Assam, bagian-bagian lain
utara-timur India dan Bangladesh. Sebuah pengadilan juga didirikan di Semenanjung
Malaysia pada tahun 1928, setelah 67 tahun pohon telah mencapai diameter 56 cm.
Penelitian lebih lanjut diperlukan konservasi sumber daya alam, seleksi
bahan yang sesuai dan manajemen di perkebunan, dan induksi
Agarwood pembentukan melalui luka artifisial dan atau inokulasi dengan jamur.

Distribusi geografis
Lintang alam rentang

Perkiraan batas utara ke selatan: 27 ° N sampai 5 ° S

Daftar negara dengan populasi alami
Bangladesh
Bhutan
[India]
Arunachal Pradesh
Assam
Meghalaya
Mizoram
Nagaland
West Bengal
[Indonesia]
Kalimantan
Sumatra
[Malaysia]
Semenanjung Malaysia
Sabah
Sarawak
Myanmar
Filipina
Vietnam

Daftar negara di mana ditanam
Bangladesh
[India]
Assam
[Malaysia]
Semenanjung Malaysia

LINGKUNGAN AMPLITUDO
Iklim deskriptor
- Ketinggian range: 29 - 1000m
- Rata-rata curah hujan tahunan: 1500 - 6500mm
- Curah hujan rezim: musim panas
- Musim kering duration: 0 - 4months
- Rata-rata suhu tahunan: 22-28 º C
- Rata-rata suhu maksimum terpanas bulan: 22 - 40 ° C
- Rata-rata suhu minimum bulan terdingin: 14 - 22 ° C
- Absolute temperatur minimum: 5 º C

- Tanah tekstur: ringan; menengah
- Tanah drainase: gratis
- Tanah reaksi: asam; netral
- Khusus tanah toleransi: dangkal; Lainnya

Silvikultur karakteristik deskriptor
- Tolerates kekeringan; keteduhan
- Kemampuan untuk cocok untuk coppicing

Praktek silvikultur deskriptor
- Benih penyimpanan bandel
- Stand pembentukan menggunakan regenerasi alami; penanaman saham

Hama dicatat
Phialophora parasitica

USES
Produk
1. Kayu
Descriptors: kayu bakar kayu bulat; posting; taruhannya; gergajian atau dipahat
kayu bangunan; untuk cahaya konstruksi; pertukangan / bengkel tukang kayu; wadah;
peti; bahan berbasis kayu; kayu lapis; arang
2. Non-kayu
Descriptors: resin; minyak; produk obat; produk kulit; Lainnya

REFERENSI
Beniwal BS, 1989. Karakteristik Silvical Aquilaria agallocha
Roxb. Indian Forester, 115 (1) :17-21; 9 ref.

Bhaskar V, 1984. Perkecambahan biji dari pohon Agarwood (Aquillaria
agallocha Roxb.) di bawah kondisi Bangalore. Myforest, 20 (1) :2-3, 2 ref.

Bose SR, 1943. Produksi Agaru inokulasi jamur di Aquilaria
agallocha pohon di Assam. Abstr. di Proc. Sci India 30. Congr. Bagian. 3
(45).

Burkill IH, 1966. Kamus produk ekonomi Malaya
Semenanjung Vol. I. Kuala Lumpur, Malaysia: Departemen Pertanian dan
Koperasi.

Chaudhari DC, 1993. Agarwood dari Aquilaria malaccensis, (A.
agallocha, Roxb.). MFP News, 3 (4) :12-13.

Chowdhery HJ, 1994. Arunachal Pradesh, orang-orangnya dan ethnobotanical
konservasi keragaman dalam perspektif. Ethnobiology kesejahteraan manusia:
abstrak keempat Ethnobiology kongres internasional, Lucknow,
Uttar Pradesh, India, India, 17 21 November, 1994, 126.

Dewan Penelitian Ilmiah dan Industri (India), 1948. Itu
kekayaan dari India: kamus bahan baku dan produk industri. Mentah
bahan. Volume I. 284 hlm.

Das DK, 1963. Agar industri di Pakistan. The Pakistan Journal of
Kehutanan, 13 (2) :194-197.

Gamble JS, 1984. Sebuah manual kayu India. (Reprint) Dehra Dun,
India: Bishen Singh Mahendra Pal Singh.

Gibson IAS, 1977. Peran jamur dalam asal-usul oleoresin
deposito (agaru) di kayu Aquilaria agallocha Roxb. Bano Belanja
Patrika, 6 (1) :16-26; 2 pl.; 13 ref.

Hawksworth DL, Gibson IAS, 1976. Phialophora parasitica. CMI
Deskripsi dari Jamur dan Bakteri patogenik, No 504, 2 hlm.; 1 ref.

Hou D, 1962. Thymelaeaceae. Dalam: Van Steenis CGGJ, ed. Flora
Malesiana, Vol. 6. Belanda: Sijthoff & Noordhoff Internasional
Publishers. hal. 6-15.

Hou D, 1964. Catatan pada beberapa spesies Asia Aquilaria
(Thymelaceae). Blumea 12 (2): 285-288; 11 refs.

Jalaluddin M, 1977. Kondisi patologis yang berguna kayu.
Ekonomi Botany, 31 (2) :222-224; 5 ref.

LaFrankie JV, 1994. Dinamika populasi beberapa pohon tropis yang
non-kayu hasil hutan. Ekonomi Botany, 48 (3) :301-309; 28 ref.

Lok EngHai, Ahmed Zahaidi Yahya, Lok EH, 1996. Pertumbuhan
kinerja perkebunan Aquilaria malaccensis tumbuh di Semenanjung
Malaysia. Journal of Tropical Forest Science, 8 (4) :573-575; 6 ref.

Pearson RS, Brown HP, 1981. Kayu komersial India, Volume 1.
New Delhi, India: AJ Printers Agency.

Rahman MA, Basak AC, 1980. Produksi agar pohon agar
inokulasi buatan dan melukai. Bano Belanja Patrika, publ. 1982
9 (1-2) :87-93; 8 ref.

Rahman MA, Khisa SK, 1984. Produksi agar pohon agar
inokulasi buatan dan melukai. II. Bukti lebih lanjut mendukung agar
pembentukan. Bano Belanja Patrika, recd. 1986, 13 (1-2) :57-63; 14 ref.

Rao KR, Dayal R, Ramesh Rao K, 1992. Xilem sekunder dari
Aquilaria agallocha (Thymelaeaceae) dan pembentukan 'agar'. IAWA
Bulletin, 13 (2) :163-172, 15 ref.

Sidiyasa K, Sutomo S, Soewanda AP-R, 1986. Eksplorasi dan studi
regenerasi 'gaharu' memproduksi spesies dalam KINTAP kawasan hutan, South
Kalimantan. [Eksplorasi dan studi permudaan jenis-jenis penghasil gaharu di
Wilayah Hutan KINTAP, Kalimantan Selatan.] Buletin Penelitian Hutan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan, No 474, 59-66; En keterangan; 5 ref.

Sumadiwangsa S, 1997. Agarwood sebagai komoditas bernilai tinggi di Timor
Kalimantan [Kayu gaharu komoditi elit di Kalimantan Timur]. Duta Rimba, 20
(205/206): 33-40.

Wong TM, 1982. Sebuah kamus dari kayu Malaysia. xviii + 259 hlm.;
Malayan Forest Records No 30; Kuala Lumpur, Malaysia: Departemen Kehutanan.

sumber: balikayana. com

Chan krasna (Kamboja); Agarwood (India); Sayang, Garu, Gaharu, Ingkaras, Kaju alim, Kayu gaharu, Tanduk dan Tengkaras (Indonesia); dan Mai Kotsana (Laos).




PENDAHULUAN

Standar Malaysia Nama untuk kayu Aquilaria spp. (Thymelaeaceae). Nama vernakular diterapkan mencakup kekaras (Semenanjung Malaysia) dan tengkaras (Semenanjung Malaysia) untuk kayu normal dan kayu gaharu (Semenanjung Malaysia) dan elang kayu (Semenanjung Malaysia) untuk kayu berpenyakit. Hanya satu spesies adalah penting, yaitu. A. malaccensis.

Setiap lapisan kayu tidak dibedakan dari heartwood, yang berwarna putih krem. Kayu kadang-kadang dapat menghasilkan beberapa berpenyakit kayu, yang diresapi resin dan harum. Berpenyakit ini kayu coklat gelap hingga hitam warna dan berat dan keras. Nama komersial untuk kayu ini adalah GAHARU. Hal ini banyak dicari setelah dupa dan sebagai obat rakyat.

Juga dikenal sebagai Chan krasna (Kamboja); Agarwood (India); Sayang, Garu, Ingkaras, Kaju alim, Kaju gaharu, Tanduk dan Tengkaras (Indonesia); dan Mai Kotsana (Laos).

KEPADATAN

Kayu lembut dan ringan dengan kerapatan 335-400 kg/m3 udara kering.

NATURAL DURABILITY

Kayu non-tahan lama dan dapat dikenakan noda dengan mudah oleh sapstain jamur.

Pengawet PERAWATAN

Kayu dapat dengan mudah diobati dengan pengawet.

Tekstur

Tekstur yang baik-baik saja, tetapi tidak merata karena adanya pulau-pulau termasuk Floem. Grain lurus.

KEKUATAN PROPERTIES

Kayu jatuh ke Kekuatan Grup D (Burgess, 1958).

PROPERTI MESIN

Mudah untuk resaw dan cross-potong. Planing mudah dan terencana moderat permukaan halus sampai kasar, terutama di papan tangensial.

PENGGUNAAN

Kayu cocok untuk kemasan kotak dan peti, kayu lapis, pakai sumpit, mengambil gigi, pensil, sol sepatu wanita dan cahaya sementara konstruksi. Kayu berpenyakit banyak dicari setelah dupa dan sebagai obat rakyat.

Penulis: Bagus Pamungkas

Tentang berita bisnis Kayu Gaharu




Mustofa Hadi Abdulqodir niat untuk menanam 39 bibit gaharu di sela-sela pohon karet sangat sederhana: hanya ingin mengambil kulit kayu yang kuat. Dia ingin menggunakannya sebagai tali pembawa getah karet. Tapi saran dari kerabat ia meletakkan cairan dalam jamur Fusarium sp 3 lubang. Dua tahun kemudian, pada Oktober 2008, menebang pohon dan Abdulqodir mendapatkan 300 kg kemedangan senilai Rp300.000 per kg. Kemedangan dari 100 kg yang terjual, pria berusia 50 tahun upah Rp30-juta.
Fusarium disuntikkan ke jaringan pohon sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu untuk menghasilkan resin terhadap fitoaleksin disebut kuman tidak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin yang mengeras di sudut-sudut dan organ pembuluh xilem Floem-pohon mendistribusikan makanan coklat, dan harum ketika dibakar. Kemedangan yang dipanen oleh Abdulqodir, pekebun di Simpangtiga, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Jambi.
Jika waktu yang lebih lama inokulasi, 2-4 tahun, yang pada awalnya kemedangan berubah warna cokelat kehitaman dan lebih wangi resin karena tingkat yang lebih tinggi. Babi sekarang gaharu yang berharga Rp5 juta-juta-Rp15-juta per kg. Oleh karena itu biarkan Abdulqodir pohon gaharu yang lainnya 38 setelah inokulasi. Dia menyimpan harta di pepohonan. Bayangkan, 15 tahun pohon seperti properti Abdulqodir akan menghasilkan rata-rata 1 kg hasil. Dengan kualitas terendah dan terendah harga per kg Rp 5-juta, Rp190-juta omset.
Nun di Kalimantan Barat, H. Apakah pemanenan pohon Raden Syamhuddin Karas 3. Orang itu 54 tahun tidak ingat jumlah dan kualitas produksi lidah buaya pohon 10 tahun lalu dia terluka dalam cara disayat, kayu besi memantek pisau, sampai larutan gula mengucuri muncul babi. The Syamhuddin ingat, dari 3 pohon panen pada April 2007, ia memperoleh Rp11-juta.

Penghargaan kepala desa terbaik Kalimantan Barat di bidang konservasi alam, yang masih memiliki 397 pohon gaharu di perkebunan karet meliputi 12 hektar. Rata-rata usia 15 tahun dengan tinggi 8-10 m, 25-30 cm diameter. Enam puluh pohon-pohon ini sudah diinokulasi jamur Fusarium sp pada bulan Agustus 2006. Itulah saran dari Sdr Syamhuddin peneliti dari Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. November 2008, sebuah harga penawaran kontainer-Rp2 juta per pohon. Ia menolak dan memilih untuk memperpanjang periode inokulasi sampai batas waktu tidak dapat ditentukan.

Populasi menyusut.
Gaharu yang memberikan pendapatan kecil pada Abdulqodir dan Syamhuddin, bukan pohon, tetapi resin yang dihasilkan dari genus tertentu pohon. Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Yana Sumarna MS menjelaskan, setidaknya 27 spesies pohon yang dapat membentuk lidah. Spesies yang tumbuh di hutan hujan tropis seperti genus Aquilaria Kepulauan, Aetoxylon, Enkleia, Excoccaria, Dalbergia, Gonystylus, Gyrinops, dan Wikstroemia. Aquilaria Gyrinops genus dan sebagian besar spesies, masing-masing memiliki 9 spesies. Syamhuddin termasuk Abdulqodir dan yang tumbuh Aquilaria malaccensis.
Dua tahun terakhir banyak petani yang dibudidayakan gaharu panen. Gaharu memicu alam terus menyusut. Pada tahun 2000 Asgarin (Asosiasi Eksportir Pengusaha Gaharu Indonesia) survei populasi alam dalam berbagai gaharu hutan. Hasilnya dalam sisa 26% dari Sumatera, Kalimantan (27%), Nusa Tenggara (5%), Sulawesi (4%), Maluku (6%), Papua (37%).

Penyusutan populasi di alam, karena sebagian besar pemburu tidak bisa mengidentifikasi pohon gaharu yang sudah terinfeksi jamur. Untuk mendapatkan pohon yang mengandung babi, mereka ditebang untuk puluhan pohon. Pohon yang belum bergubal dan dipotong, baru saja pergi. Ini hampir terjadi di semua hutan alam.
Kadir Ade, pemburu gaharu di desa Serawai, NANGAPINOH, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, penebangan lebih dari 10 pohon untuk memetik teras super 20-30 kg (gubal dalam bahasa Dayak, ed). Kadir dilakukan di hutan-hutan di hulu Sungai Kapuas dan sungai Melawi. Dia tergoda teras harga tinggi, Rp350.000 per kg. Dari 10 pohon pohon ditebang hanya setelah 2 terbagi dari teras.

Fenomena ini terdeteksi oleh dunia luar. Pada tanggal 9 Konvensi CITES (Konvensi Perdagangan Internasional dalam Endangered Species) di Florida, Amerika Serikat pada bulan November 1994, diputuskan jenis pohon gaharu malaccensis dalam Lampiran II. Ini berarti bahwa anggota keluarga telah membatasi Thymelaeaceae perdagangan. Tiga belas tahun kemudian, diputuskan, kuota ekspor spesies yang dapat diambil dari alam hanya 30 ton, 50 ton dari sebelumnya. Total kuota ekspor gaharu Indonesia dari tahun ke tahun terus turun. PHKA dan Data menyebutkan kuota ekspor CITES pada tahun 2000, sekitar 225 ton; 2001 (200 ton); 2002 (180 ton) dan 2003-2005 (175 ton).
dalam konvensi-13 CITES di Bangkok, Thailand pada tahun 2004, pembatasan perdagangan juga berlaku untuk semua spesies lidah buaya alami. Semua produk dan hasil gaharu dalam CITES Appendix II. Keputusan ini didasarkan pada pasar dunia sulit untuk membedakan asal-usul spesies produk malaccensis atau tidak. "Konsekuensi dari penjualan ekspor dan impor dari produk lidah buaya ditentukan kuota dan harus memiliki izin dari CITES," kata Dr Tonny Soehartono, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal PHKA Departemen Kehutanan. Pelaksanaan kuota bertujuan untuk memastikan distribusi jenis pohon gaharu di alam bebas baik bisa berkembang biak.

Menurut otoritas ilmiah CITES koordinator, Dr Gono Semiadi APU, kuota itu tidak membedakan alam atau budidaya gaharu. "Sebaiknya melapor ke budidaya perkebunan BKSDA setempat untuk mendapatkan surat rekomendasi. Apakah untuk membuatnya lebih mudah saat menjual hasil panen di masa mendatang, "katanya. Proses pelaporan untuk memproduksi berita investigasi menunjukkan bahwa kegiatan penanaman secara gratis.
Dengan tanda-tanda bahwa mengebunkan maka pilihan gaharu. Selain itu, lidah dapat dibudidayakan pada ketinggian 0-1.500 m di atas permukaan laut, 80% kelembaban, curah hujan 1200-1600 mm per tahun, dan adaptif di berbagai jenis tanah. Itulah mengapa kebun gaharu sekarang muncul di banyak Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Ketapang (Kalimantan Barat), Kelurahan dan Kecamatan Bentiring Argamakmur (Bengkulu), Pangkalpinang (Bangka Belitung), Bogor dan Sukabumi (Jawa Barat ), dan Kabupaten Kotabaru (Jambi). Tidak kurang dari Malem Sambat Kaban, Menteri Kehutanan Kabinet Indonesia Bersatu untuk mendorong penanaman gaharu.

Adi Saptono, pekebun di Pangkal balam, Pangkal pinang, Bangka Belitung, 300 spesies tanaman malaccensis, microcarpa, dan beccariana pada tahun 2004. Dia ditanam di gaharu monokultur dengan jarak 2 mx 2 m. Pohon yang ditanam di kebun belakang rumah sekarang ketinggian 3,5 m diameter 10 cm. Setahun lalu, pohon-pohon diinokulasi menggunakan ramuan 'rahasia'. Isi berbagai ramuan jamur: Fusarium, acremonium, dan Aspergillus. Liter jamur yang digunakan untuk menyuntik 2000 lubang per pohon. Adi sejauh ini belum mampu menebak hasilnya. Namun, di luar bahwa Adi telah merasakan pendapatan adalah dari rempah.
Bermitra dengan perkebunan karet di kebun 'liar' pohon gaharu 1-2, pada bulan November 2008 dia memiliki 5 pohon dipanen setinggi 8 m dengan diameter 25 cm. Pohon itu telah diinokulasi jamur satu liter pada pertengahan 2005. Adi memperoleh gaharu 22,5 kg, 2,5 kg kualitas babi B dan 20 kg kemedangan. Temannya membelinya untuk Rp2-juta/kg gubal dan kemedangan per kg Rp500.000-Rp1-juta. Pendapatan minimum Rp15 juta ditangguk. Income was divided into two with the owner of the garden; Adi pocketed Rp7 ,5-million. Masih ada 70 lain pohon gaharu yang sudah menunggu untuk dipanen.

Gunung selan Desa, Kecamatan Argamakmur, Bengkulu Utara, Rita Rosita, malaccensis 1700 spesies tanaman pohon gaharu di lahan 7.000 m2. Dia menumpang sari kan malaccensis 1,5 tahun (jarak tanam 2,5 mx 2,5 m) dengan pohon-pohon jati Tectona grandis berumur 4 tahun dan kakao Theobroma cacao 3-tahun. Di pinggiran kebun berderet Pinang cathecu pohon yang berbuah banyak.

Tumpang bukan tanpa alasan. Pendapatan lain-lain dapat dicapai Rita tertunda pohon gaharu diinokulasi jamur sudah siap. Tanaman kakao sudah memproduksi 2 kg / pohon. Pemanenan dilakukan dalam 2 minggu sebanyak 7 kg kering harga Rp12.000 per kg. Kadang-kadang buah pinang yang dipanen dan dijual Rp3.500 per kg. Sekali dijual sebanyak 30 kg.
Siap untuk menghadapi berbagai kendala penanam lidah membuat keuntungan. Peluang akan menuai keuntungan besar jika penanam gagal gagal seperti yang dialami H. Mahmuddin menginokulasi Sany. Perkebunan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, adalah sebuah lidah inokulated pohon dari 20 pohon yang ditanam pada tahun 2000. Bukan gubal, 18-20 cm diameter batang pohon telah membusuk. Kegagalan Sany Menurut sebagian karena ia tidak mengerti inokulan masa aktif. Ketika solusi dari 2 mL jamur Fusarium yang diinokulasi pada 30 lubang, usia mikroba telah kedaluwarsa sejak 3 bulan sebelumnya. Hasilnya? Pohon itu mati.

Bisnis jamur ini agak tricky untuk perkebunan. Bukan berarti mereka tidak tahu teknologi, jamur, 'aku sudah mencoba menembak di pohon, tapi segera mati, "kata M Amin, Orong pekebun di Desa Selatan, Desa Gegerung, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Muak dengan itu ia kembali ke cara tradisional: dipaku. Dari pengalaman Amin pohon 10 cm dengan diameter 3-4 m tinggi bahwa 'disuntik' 3 kg paku selama 2 tahun untuk menghasilkan 1 kg kemedangan. Selain dipaku ada cara tradisional lain: terjebak bambu, kayu besi, dan seng. Lain taburi garam untuk menaruh minyak. Intinya adalah membuat pohon 'sengsara' begitu bersedia menghabiskan gaharu.

Menurut Dr Ir Mucharromah MSc, peneliti gaharu dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, kegagalan untuk bereaksi karena jamur tanaman memberikan tanggapan yang berbeda. Karena sama sekali tidak 'cocok' antara mikroba dengan tanaman diinokulasi. Jadi sulit untuk menentukan mikroba yang paling tepat. "Yang namanya mikroba-pembentuk gubal bahwa ada sekitar 50 spesies," katanya. Fusarium efektif di Bogor misalnya, berbeda di Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Penanam yang sama seperti di Bengkulu, Kalimantan Selatan, dan meracik sendiri ramuan mikroba Pangkalpinang berdasarkan pengamatan di lapangan.
Batumandi Muhaimin perkebunan di desa, kecamatan Batumandi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, bisa menjadi contoh. Pada tahun 2006 ia menginokulasi 30 jenis pohon gaharu 30 tahun microcarpa ketinggian 25 m diameter 40 cm menggunakan jamur 'ajaib'. Hasil dari 2 pohon dipanen pada pertengahan-2008 Muhaimin menerima masing-masing dari 4 kg kemedangan menjual Rp1-juta per kg. Bahan cetakan berasal dari gubal gaharu hutan lokal dibesarkan di laboratorium pertanian.

Pengguna aloe juga menemukan kendala yang sulit untuk mendapatkan babi. Yang mengalami CV Agung Perdana, eksportir gaharu di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tahun-tahun perusahaan ini didirikan pada tahun 1980 untuk mengekspor coklat kehitaman gubal dalam bentuk keripik. Chip adalah berbentuk babi variabel tak beraturan panjang 10-15 cm diameter 4-6 cm. Aroma yang kuat dan tajam menyebabkan chip dipilih sebagai bahan baku wewangian. Ini permintaan pasar Timur Tengah.
Menurut H. Bagis Faisal, pemilik CV, Agung Perdana untuk mendapatkan gubal sekarang sulit. Kembali pada tahun 1998 CV Perdana Mahkamah ekspor gaharu komposisi: 80% dan 20% babi kemedangan. Kondisi sekarang berbalik 180 derajat. Kuota ekspor dari 8 ton per tahun, 80% dan 20% kemedangan babi. "Sulit jika Anda terus berharap untuk babi alami," kata Faisal.

Hidup antara
Jika pekebun berhasil melewati berbagai kendala mengantongi keuntungan besar yang tidak angan-angan. Banyak eksportir dan siap untuk menyerap gaharu reservoir. Taufik Murad, waduk di Lombok, Nusa Tenggara Barat, lidah pekebun memilih secara rutin melalui kakinya yang berjumlah puluhan orang.

Pengelola restoran makanan khas Lombok tidak diproses lidah buaya itu. Dia segera mengirim 50-100 kg per bulan berlangganan gaharu untuk eksportir di Jakarta dan Surabaya. Taufik beroperasi di Nusa Tenggara Barat. Perkebunan di luar tidak perlu khawatir. Ada banyak wadah gaharu. Asgarin data lisensi resmi menyebutkan wadah 41. Mereka tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan ke Papua.
Soal harga pembelian? Menurut Joni Surya meskipun banyak eksportir dan waduk, sebagian besar tidak mau terang-terangan mengekspos harga. Harap bisnis ini pengetahuan tentang nilai uang yang cukup besar. 'Perdagangan perdagangan gaharu tepat sebelum menelan sarang pada 1990-an. Menutup alam, harga standar kurang jelas karena keragaman kualitas sangat tinggi, "kata ketua Gaharu 88, pelopor penanaman pohon gaharu di Bengkulu.

Yang sering terjadi adalah proses tawar-menawar harga yang tangguh. 'Gaharu dibeli bau, sehingga tidak bisa melihat hal-hal. Bahkan jika Anda perlu untuk diuji, "kata Taufik. Data dapat Asgarin referensi. Harga gaharu kualitas tertinggi, babi atau super super double A per kg Rp10-Rp15-juta-juta. Super berikutnya babi Rp4-juta-Rp5-juta/kg tanggung jawab. Terendah disebut menteri, Rp100.000/kg rata-rata.

Perkebunan tidak perlu berkecil hati meskipun sejauh ini hasil jajak pendapat terbatas kemedangan budidaya gaharu yang harga jual di tingkat pekebun Rp500.000-Rp1-juta/kg. Dengan kualitas serupa, pekebun, pemilik perkebunan budidaya gaharu di Vietnam terus meningkatkan kualitas gaharu melalui berbagai teknologi. Ini dapat ditiru pekebun di tanah air karena bukan tidak mungkin satu waktu super babi yang memperoleh harga atas budidaya relatif pendek. "Ini adalah studi kami di Vietnam," kata Prof Robert A. Blanchette, seorang peneliti gaharu dari University of Minnesota Amerika Serikat, melalui surat elektronik.
Menurut ketua Asgarin Dr Faisal Salampessy SH, permintaan terus meningkat karena gaharu bejibun kegunaan. "Setiap agama di dunia memerlukan bau terbakar gaharu sebagai sarana ibadah. India dan Cina untuk menyerap sebagian besar kemenyan, "kata dokter perencana keuangan di University of New Delhi India.

Selain agama, pola hidup juga mempengaruhi. Gaharu di Timur Tengah menjadi kebutuhan. 'Masyarakat Arab untuk menggunakan lidah buaya untuk siwak atau sikat gigi sehingga mulut tidak berbau. Kondisi iklim panas dan gairah untuk mengkonsumsi daging membuat tubuh mereka bau yang lidah buaya juga digunakan dalam wewangian, "kata Dr Afdol Tharik Wastono SS MHum, dosen Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Saat ini, Indonesia menjadi produsen terbesar di dunia aloe. Gaharu total ekspor Indonesia ke negara-negara Asia seperti Taiwan mencapai 92.188 kg. Jumlah ini naik dibanding 2005 (70.335 kg) dan 2004 (32.365 kg). Sebagian besar diekspor kemedangan. Untuk pasar Timur Tengah penurunan ekspor: 2006 (39.400 kg), 2005 (67.245 kg). Mereka ingin Musababnya babi super sulit didapat.

Karena keluhan itu kekurangan bahan baku bukan hanya Taufik Murad. CV Ama Ina Rua, eksportir di Jakarta juga kekurangan gaharu. Menurut Faisal Salampessy, direktur, apa pun produksi akan diserap. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2000 saat ini hanya 2-3 ton diekspor dari semula 5,6 ton per bulan gaharu ke Singapura.

Menurut Surya Joni maju budidaya gaharu perdagangan. "Berapa lama menyediakan gaharu alam?" Dia bertanya. Terutama kebutuhan di masa depan gaharu sebagai aromaterapi dan obat-obatan meningkat. Kegunaan sebagai obat, antara lain antiasma, antimikroba, dan hepatitis. Itu karena gaharu mengandung 17 senyawa aktif seperti agarospirol, aquilochin, dan noroksoagarofuran.
Substansi aromatik di gubal milik sesquiterpena belum dibuat sintetis. Baru-baru ini perusahaan terbesar di Jerman parfum mengundang para peneliti untuk menguji DNA tanah air untuk mengetahui pencetus aroma aloe. 'Mereka prihatin karena selama ini tidak pernah mendapatkan bahan baku selalu diserap oleh pasar Timur Tengah,' kata Dr Teuku Tadjuddin, kepala bagian Bioteknologi Puspiptek Serpong di Tangerang.

Tidak heran jika penanaman gaharu terus berkembang. Selain itu, harga terus melonjak. Jika pada tahun 2001 per kg gaharu super Rp4 juta-5-juta, sedang Rp10-Rp15-juta-juta. Demikian pula, AB-kelas harga babi hanya Rp2-juta-Rp3-juta, sekarang Rp4-juta-5-juta per kg.

Gaharu 88 di Bengkulu koordinat 42 kelompok tani untuk penanaman 95.000 pohon gaharu. Demikian pula Asgarin yang mewajibkan setiap anggota untuk menanam minimal 2 hektar gaharu. H Mahmuddin memilih untuk bermitra dengan para pekebun. Setiap tahun Mahmuddin memperluas penanaman rata-rata 5-10 hektar. Memperoleh keuntungan besar atraksi pekebun.

Dengan maksud konservarsi Universitas Mataram (Unram) melalui penanaman berkampanye Pusat Gaharu gaharu. Salah satu dari mereka hijau hutan desa Senaru, kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dari luas lahan 225 hektar, 132 hektar yang telah ditanam lebih dari 100.000 pohon gaharu. 'Gaharunisasi juga dilakukan di kampus, "kata Dr Sudirman, dekan Fakultas Pertanian Unram. Jika bisnis dan konservasi baris dapat bulat, apalagi yang harus ditunggu?

penulis: Bagus Pamungkas

Mendesak pemerintah Indonesia dipatenkan Budidaya Gaharu




Gaharu atau teknologi rekayasa produksi gaharu, berikut komposisi jamur isolat atau pembentukan resin gaharu, yang ditemukan para peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam atau P3HKA dipatenkan pemerintah harus segera sebelum diklaim oleh negara-negara lain. Paten adalah temuan penting mengingat penerapannya dalam masyarakat hutan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka karena gaharu memiliki nilai ekonomis tinggi.
Saat ini Malaysia getol mengejar rekayasa produksi gaharu temuan kami. Malaysia telah mengirim direktur jenderal pertanian terhadap lingkungan dan P3HKA dan mereka diminta untuk mengadopsi temuan-temuan, tapi kami menolak karena takut bahwa temuan mereka akan dapat diklaim. Dibandingkan dengan penelitian India dan Thailand, menurut mereka, temuan dari Indonesia paling berhasil, "kata Erdy Santoso MS, Ketua Kelompok Penelitian Mikrobiologi Hutan P3HKA.
Babi atau babi yang dihasilkan jenis pohon gaharu (termasuk Aguilaria spp, Aotoxylon sypetallum, Grynops, dan Gonystylus) memiliki nilai ekonomi tinggi. Harga jual sangat bervariasi dalam 16 kelas, mulai dari yang paling murah, "Suloan", senilai Rp 15.000 per kg menjadi kelas "Super King" senilai Rp 26 juta per kg. Dengan menerapkan teknologi temuan P3HKA, satu pohon gaharu yang berusia 4-5 tahun setelah diinduksi isolat dapat menghasilkan 20 kg gaharu babi dalam 1-3 tahun.
Nilai ekonomi tinggi menjadi magnet bagi petani untuk mengembangkan gaharu. Salah satunya adalah dimulai di desa dari 204 petani Maringin Jaya, Kecamatan PARINDU, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Meskipun tidak pernah menikmati langsung hasil dari budidaya gaharu ditanam sejak tahun 2004, mereka antusias menanam 143.000 pohon di daerah gaharu 143 hektar.
Membawa nilai konservasi lingkungan, Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Barat berencana untuk mendistribusikan bibit gaharu Agus Aman kepada para petani di Kalimantan Barat. Ketua P3HKA kata Anwar, pengembangan lidah sebagai salah satu hasil hutan non-kayu perlu memerhatikan agar aspek pemasaran benar-benar menguntungkan petani.
Kami telah menggunakan lidah untuk parfum atau penyegar udara. Di beberapa tempat spa, minyak gaharu juga dipakai untuk melulur tubuh. Beberapa orang juga menggunakan lidah buaya untuk mengobati penyakit kuning atau hepatitis. Adapun harga gaharu berkisar Rp 1 juta-Rp 3 juta per kilogram, tergantung pada kualitas.

referensi: infokita.com
http://pamfinance.com/

Gaharu: Hasil Hutan Bukan Kayu yang menjadi primadona.




Gaharu merupakan salah satu komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang cukup handal, terutama bila dilihat dari harga yang sangat istimewa bila dibandingkan dengan HHBK lainnya. Nilai jual tinggi gaharu adalah mendorong orang untuk menggunakannya. Sebagai contoh, pada awal tahun 2001, di Kalimantan Timur, tepatnya di Pujangan (Kayan) harga gaharu dapat mencapai Rp. 600.000, - per kilogram. Pada tingkat ritel di kota-kota besar harga pasti lebih tinggi juga. Kontribusi gaharu pendapatan devisa juga menunjukkan grafik tumbuh. Menurut Pusat Statistik, rata-rata nilai ekspor gaharu dari Indonesia tahun 1990-1998 berjumlah US $ 2 juta, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi US $ 2,2 juta.
Gaharu dikenal karena aromanya yang khas dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, penyegar udara, kemenyan (doa pelengkap agama Buddha & Konghucu), obat-obatan, dan sebagainya.
Orang biasa seringkali mengaburkan istilah gaharu dengan pohon gaharu. Menurut SNI 01-5009.1-1999 didefinisikan sebagai semacam kelembak dalam berbagai bentuk dan warna yang unik, dan mengandung kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan meninggal sebagai akibat dari suatu infeksi proses penyakit baik secara alami atau buatan dalam spesies pohon, yang umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. (Nama lokal: Karas, Alim, Garu dan lain-lain).

Gaharu diperdagangkan dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk blok, keripik dan bubuk. Formulir Benjolan dapat berupa sebuah patung atau bentuk unik (natural sculpture) atau tanpa bentuk sama sekali. Demikian pula, warna, bervariasi dari dekat putih ke coklat gelap atau hampir hitam, tergantung pada tingkat dan mengandung damar wangi dengan sendirinya akan semakin wangi atau kuat aroma yang dihasilkan. Aloe warna umumnya digunakan sebagai dasar dalam menentukan kualitas gaharu. Semakin hitam / warna gelap, semakin tinggi kandungan damar wangi, dan akan semakin tinggi nilai jual kembali. Umumnya hitam / hitam warna gaharu, menunjukkan proses infeksi yang lebih tinggi, dan semakin kuat aroma yang dihasilkan. Tapi warna dan aroma bimbingan itu tidak mutlak, karena dalam kenyataannya, warna ini dapat ditipu dengan penerapan pewarna, sedangkan aroma dapat ditipu dengan mencelupkan gaharu ke dalam destilat gaharu. Sehingga hanya pedagang yang berpengalaman dan telah lama dalam perdagangan gaharu sajalah yang dapat membedakan antara gaharu berkualitas tinggi dengan kualitas yang lebih rendah (kemedangan).

Di Indonesia, gaharu yang diperdagangkan secara nasional masih dalam bentuk potongan, keripik atau bubuk gaharu. Masyarakat tidak tertarik untuk memproses informasi lebih lanjut gaharu, misalnya dalam bentuk produk olahan seperti destilat gaharu, parfum, sumpit, dll, yang akan lebih meningkatkan nilai jual kembali.
Gaharu dihasilkan oleh pohon-pohon terinfeksi yang tumbuh di daerah tropis dan memiliki genus Aquilaria, Gyrinops dan keseluruhan Gonystilus termasuk dalam keluarga Thymelaeaceae. Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar di daerah tropis Asia dari India, Pakistan, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Cina bagian selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Enam di antaranya ditemukan di Indonesia (A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. cumingiana dan A. filarial). Keenam spesies yang ditemukan hampir di seluruh kepulauan Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Gonystilus klan memiliki 20 spesies, tersebar di Asia Tenggara dari Malaysia, Semenanjung, Sarawak, Sabah, Indonesia, Papua Nugini, Filipina dan Kepulauan Solomon dan Nikobar. Spisies Sembilan dari mereka berada di Indonesia, yaitu: di Sumatera, Kalimantan, Bali, Maluku dan Irian Jaya. Gyrinops klan memiliki tujuh spesies. Enam dari mereka tersebar di kawasan timur Indonesia, dan satu spesies yang ditemukan di Sri Lanka.
Penyebab infeksi (yang menghasilkan gaharu) pada pohon penghasil gaharu, sampai hari ini masih diamati. Namun, para peneliti menduga bahwa ada 3 elemen penyebab proses infeksi pada pohon penghasil gaharu, yaitu (1) infeksi karena jamur, (2) cedera dan (3) proses non-phatology. Pada kelompok pertama, Santoso (1996) menyatakan bahwa mereka telah berhasil mengisolasi beberapa fungi dari pohon Aquilaria spp. yang terinfeksi adalah: oxyporus Fusarium, F. bulbigenium dan F. laseritium. Dalam kasus 2 dan 3 muncul hipotesis yang menyatakan bahwa cedera dapat mendorong munculnya proses penyembuhan pohon yang menghasilkan gaharu. Tapi program masih membutuhkan pembuktian hipotesis.
Gaharu kualitas nasional Indonesia ditentukan dalam SNI 01-5009.1-1999 Gaharu. Dalam SNI dibagi menjadi kualitas aloeswood / gaharu / kualitas gaharu kelas 13 terdiri dari:

Hasil gaharu dibagi menjadi 3 kelas Kualitas (Mutu Utama = yang setara dengan mutu super; Mutu Pertama = setara dengan mutu AB; dan kualitas setara dengan kualitas super Kedua = Sabah).

Kemedangan terbagi menjadi 7 kelas kualitas (mulai dari mutu Pertama = TGA/TK1 kualitas setara dengan kualitas Ketujuh = setara dengan kualitas M3), dan

Abu gaharu dibagi dalam 3 kelas kualitas (mutu Utama, Pertama dan Kedua).
Pada kenyataannya dalam perdagangan gaharu, pembagian kualitas gaharu tidak seragam antara daerah satu sama lain, walaupun SNI 01-5009.1-1999 Gaharu. Sebagai contoh, di Kalimantan Barat disepakati bahwa 9 dari kualitas kualitas Super A (terbaik) sampai kualitas kemedangan kropos (terburuk). Sementara di Kalimantan Timur dan Riau, para pengusaha setuju gaharu 8 jenis mutu, mulai dari mutu super A (terbaik) sampai kualitas kemedangan (terburuk). Penetapan standar di lapangan tidak seragam karena adanya dimungkingkan SNI Gaharu sejauh ini tidak banyak yang diketahui dan dimanfaatkan oleh para pedagang dan kolektor. Selain itu, sebagai SNI-SNI hasil hutan lainnya, penerapan SNI Gaharu masih bersifat sukarela (sukarela), di mana tidak ada kewajiban untuk menegakkan.
Karena kelangkaan pohon penghasil gaharu berdiri di COP (Konferensi Para Pihak) ke - 9 CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Endangered Species of Wild Flora dan Fauna) di Fort Lauderdale, Florida, Amerika Serikat (7-18 November 1994) para peserta konferensi atas usulan India menerima proposal aplikasi menghasilkan spesies lidah buaya (A. malaccensis) dalam CITES Appendix II. Jadi, dalam waktu 90 hari penerimaan / penetapan proposal tersebut, perdagangan spesies tersebut harus dilakukan dengan prosedur CITES.
Tapi masalahnya, sampai sekarang gaharu diperdagangkan dalam bentuk lembaran, keripik, bubuk, lidah dan destilat produk akhir seperti chopstick, pensil, parfum, dll tidak dapat / sulit dibuktikan apakah gaharu tersebut dihasilkan oleh jenis A. malaccensis atau dari spesies lain. Untuk mengatasi masalah ini, akhirnya mengadopsi kebijakan yang baik pengekspor dan negara-negara penerima tetap menerapkan prosedur CITES untuk setiap produk gaharu, terlepas dari apakah produk yang berasal dari spesies A. malaccensis atau tidak. Hal ini karena sebagian besar populasi spesies penghasil gaharu di alam adalah posisi terancam. Diharapkan spesies penghasil gaharu dapat diselamatkan populasi.

Penutup

Gaharu mempertimbangkan nilai jual, layak dari upaya peningkatan peran Gaharu sebagai alternatif untuk komoditas penyumbang devisa di samping sektor kehutanan dari hasil hutan kayu. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari nilai tambah dalam memanfaatkan komoditas tersebut, perlu bantuan kepada produsen dalam negeri untuk memproses informasi lebih lanjut gaharu, misalnya dalam bentuk produk akhir (olahan) seperti destilat gaharu, parfum, sumpit, dll dengan perdagangan nilai lebih tinggi. Selain itu, untuk mendorong keseragaman dalam pengaturan kualita lapangan, keberadaan SNI gaharu seharusnya disosialisasikan di antara produsen, pedagang, dan konsumen. Selanjutnya, untuk menjamin keberlangsungan pasokan gaharu, perlu bimbingan kepada masyarakat upaya untuk panen gaharu dengan cara-cara yang mengabaikan aturan keberlanjutan. Akhirnya, untuk menghindari kepunahan gaharu, aturan atau prosedur CITES dalam perdagangan komoditas gaharu harus
diimplementasikan secara konsisten di lapangan oleh para pemangku kepentingan.

penulis: bagus pamungkas